> >

Luhut Ungkap Ada yang Minta LRT Jabodebek Pakai Kereta Impor saat Awal Pembangunan Proyek

Ekonomi dan bisnis | 29 Agustus 2023, 10:49 WIB
Sejumlah menteri di Kabinet Indonesia Maju ikut hadir dalam peresmian LRT Jabodebek pada Senin (28/8/2023). (Sumber: Instagram @luhut.pandjaitan)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap, ada banyak perdebatan saat proyek LRT Jabodebek dimulai. Menurut Luhut, proyek itu harusnya selesai pada 2018 sebelum Asian Games. 

Tapi akhirnya baru bisa diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (28/8/2023). Luhut juga bercerita dirinya diminta oleh Presiden Jokowi untuk membantu mengawal proyek LRT. 

"Sekitar tahun 2017 lalu, Presiden @jokowi menugaskan saya untuk membantu menyelesaikan proyek kereta api ringan atau LRT. Kalau boleh jujur, pada saat itu progres pembangunannya seperti jalan di tempat meski tiga Peraturan Presiden sudah diterbitkan untuk menunjang penyelesaian proyek tersebut," tulis Luhut dalam unggahan di akun Instagram resminya, Senin (28/8). 

"Sambil berbincang dengan beberapa rekan sesama menteri di dalam gerbong, saya ingat betul peletakan batu pertama dilakukan oleh Presiden pada September 2015 dengan target penyelesaian pembangunan fase I pada tahun 2018, tepat sebelum Asian Games diselenggarakan. Tetapi, harapan kami tak seindah realita yang ditemui di lapangan," lanjutnya. 

Baca Juga: Promo LRT Jabodebek: Diskon 78 Persen dan Tarif Maksimal Rp20 Ribu, Simak Waktunya!

Ia menyatakan, ada beberapa kendala yang membayangi proyek LRT saat itu mulai dari pembebasan lahan hingga sistem persinyalan. 

"Belum lagi perdebatan terkait mengapa tidak impor saja, mengapa harus menggunakan produk Indonesia?," ujar Luhut. 

Ia menegaskan, dirinya memilih agar LRT Jabodebek menggunakan kereta buatan BUMN Indoensia, yaitu PT INKA. Walaupun ia mengakui memang ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki. 

"Meski ada beberapa penyesuaian terkait teknologi yang diterapkan pada LRT Jabodebek untuk memenuhi prinsip safety dan precaution, tetapi lesson learned yang kami dapatkan dari pengalaman pengerjaan proyek ini adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi kami semua," ucapnya. 

Baca Juga: Jokowi Resmi Tunjuk Menkomarves Luhut Tangani Permasalahan Polusi Udara Jabodetabek

Ia menyampaikan, proyek LRT Jabodebek melayani perjalanan lintas Cibubur Line yang dimulai dari stasiun Harjamukti - Dukuh Atas sepanjang 24,3 kilometer, dan Bekasi Line dari stasiun Jatimulya - Dukuh Atas sepanjang 27,3 kilometer. 

Jarak antar tiap keretanya hanya berkisar 3 hingga 6 menit saja, pada puncaknya kereta ini mampu untuk mengangkut lebih dari 500.000 penumpang setiap harinya secara otomatis tanpa masinis. 

Masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar Cibubur dan Bekasi Timur saat ini sudah memiliki tambahan opsi sarana transportasi umum yang saling terkoneksi sekaligus aman dan nyaman. 

"Sehingga dengan kehadiran LRT Cibubur dan Bekasi line ini akan secara langsung mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dan polusi udara yang berasal dari penggunaan kendaraan pribadi," tandasnya. 

Baca Juga: Menko Mahfud MD ke Korban Eksil 1965: Anda Tak Pernah Bersalah ke Negara Ini

Selain Luhut, dalam peresmian LRT Jabodebek kemarin turut hadir Menteri Keuangan Sri Mulyani. 

Sri Mulyani mengatakan, ada peran pendanaan APBN dalam proyek LRT Jabodebek. Mulai dari penyertaan modal negara (PMN) hingga subsidi tiket. 

"APBN #uangkita hadir dalam bentuk penjaminan atas pinjaman PT KAI untuk pembangunan, PMN dan dukungan PSO untuk subsidi penumpang," kata Sri Mulyani dalam akun Instagramnya, Senin (28/8). 

Sebagai informasi, tarif LRT Jabodebek untuk rute terjauh adalah sekitar Rp27.000. Jika tidak disubsidi, tarifnya bisa mencapai Rp40.000.

Mantan Menkeu di era Presiden SBY ini mengatakan, kehadiran LRT Jabodebek juga bisa mengurangi polusi udara. 

Baca Juga: Polusi Udara Jadi Faktor Risiko Kematian Tertinggi ke-5 di RI

"Jakarta beserta kota sekitar : Bogor Bekasi Depok dan Tangerang termasuk wilayah kota terbesar di dunia dengan mobilitas penduduknya yang sangat tinggi sehingga menimbulkan tantangan kemacetan dan polusi," ujarnya. 

 

"Fasilitas transportasi masal menjadi keharusan dan kebutuhan yang tidak dapat ditawar. Mari terus kita bangun Indonesia - termasuk sarana transportasi masal. Mari kita jaga dan pelihara dan kita manfaatkan untuk kepentingan bersama," imbuhnya. 

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU