> >

Erick Thohir soal LRT Melaju Hanya 20 Km/Jam saat Belok: Kalau Cepat Penumpangnya Miring Semua

Ekonomi dan bisnis | 7 Agustus 2023, 20:37 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir saat mendampingi Presiden Jokowi menjajal LRT Jabodebek, Kamis (3/8/2023). Erick menyebut wajar jika kereta LRT melaju hanya 20 km/jam di tikungan. (Sumber: Kontan.co.id/Ratih Waseso)

"Sekali lagi, LRT ini pertama kali kita kerjakan. Kalau ada yang perlu dikoreksi, kalau ada yang perlu diperbaiki ya kita perbaiki. Jangan senang cari-cari kesalahan," tegasnya. 

Baca Juga: Kekurangan LRT Jabodebek Pasti Diperbaiki, Jokowi: Jangan Senang Cari-Cari Kesalahan

Jokowi bilang, kereta untuk proyek LRT Jabodebek ini diproduksi oleh PT INKA yang merupakan BUMN milik Indonesia. Lalu konstruksinya juga dikerjakan perusahaan dalam negeri yaitu PT Adhi Karya Tbk.

"Makanya kalau ada kekurangan ya akan kita perbaiki. Semua ada perencanaannya, ada perhitungannya. Tapi kalau di lapangan itu kan kadang ada judgement sendiri," tuturnya. 

Soal longspan LRT salah desain ini pertama kali diungkap Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Ia mengatakan ada kesalahan desain rel LRT Jabodebek yang dilakukan oleh PT Adhi Karya Tbk. selaku salah satu kontraktor proyek tersebut. 

Tepatnya di bagian jembatan rel atau longspan yang menbentang dari arah Jalan Gatot Subroto menuju Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Pria yang akrab disapa Tiko itu menyebut, LRT tidak bisa melaju dengan cepat saat melewatinya. 

"Kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain, karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya," kata Tiko dalam acara "InJourney Talks", Selasa (1/8).

Baca Juga: Di Depan Puan Maharani dan Delegasi Parlemen ASEAN, Jokowi Sebut Kepentingan Rakyat Harus Diutamakan

Ia menjelaskan, longspan itu kurang lebar sehingga tidak bisa menampung body LRT saat berbelok. Sehingga kalau lewat longspan LRT harus berjalan sangat pelan agar tidak terlalu melengkung dan bergesekan dengan pagar pembatas longspan. 

"Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya itu lebih lebar tikungannya. Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil speed up. Tapi karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau enggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelan banget," jelasnya. 

Ia juga menyoroti tidak adanya integrator dalam proyek itu. Enam pekerjaan yang ada digarap masing-masing oleh perusahaan yang ditunjuk.

Diantaranya PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang mengerjakan prasarana seperti rel, jembatan, dan stasiun Kemudian pembuatan kereta oleh PT INKA (Persero), software development oleh Siemens, dan sistem persinyalan oleh PT Len Industri (Persero).

"Di semua proyek besar itu ada sistem integrator, tapi ini enggak ada. Jadi semua komponen proyek itu berjalan liar tanpa ada integrator di tengah," ujarnya. 

Baca Juga: Airlangga Hartarto Yakin Indonesia Tidak akan Dikuasai Rezim Otokrasi, Singgung soal Multipartai

Tiko bercerita, Siemens juga sempat mengeluhkan 31 rangkaian kereta LRT Jabodebek ternyata punya spesifikasi yang berbeda-beda. Sehingga sempat menyulitkan mereka dalam memasang software

Karena beda spesifikasi, kereta itu tidak bisa berada sejajar dengan pintu stasiun saat berhenti. Akhirnya software yang dibuat Siemens untuk mengoperasikan LRT diperbaiki untuk mensejajarkan pintu kereta dan pintu stasiun, yang otomatis menambah biaya lagi. 

"Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya. 'Pak ini software-nya naik cost-nya' 'Kenapa?' 'Spek kereta INKA-nya ini, baik dimensi, berat, maupun kecepatan dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain'," kata Tiko. 

Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada

Sumber :


TERBARU