> >

Mengenang KH Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah yang Bergelar Pahlawan Nasional

Risalah | 14 April 2022, 16:44 WIB
Kyai Haji Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Para sejarawan pun berkumpul dalam kongres sejarawan Muhammadiyah untuk pertama kali dalam sejarah, hasilkan 10 rekomendasi untuk gerakan Muhammadiyah (Sumber: kemdikbud.go.id)

 

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sutradara ternama, Hanung Bramantyo,  pada tahun 2010 pernah membuat film layar lebar berjudul "Sang Pencerah".

Film itu menceritakan kisah nyata perjalanan hidup KH Ahmad Dahlan, yang diperankan oleh Lukman Sardi.

Lantas, Siapa itu KH Ahmad Dahlan?

KH Ahmad Dahlan merupakan tokoh pendiri Muhammadiyah yang bergelar pahlawan nasional.

Ia berperan dalam memperjuangkan pendidikan bagi kaum pribumi.

Selain itu, ia juga mendorong kemurnian ajaran agama Islam di Indonesia, terutama di lingkungan sekitarnya, di Yogyakarta.

Baca juga: Mengenal Rahmah El-Yunusiah, Ulama dan Pejuang Pendidikan Perempuan di Indonesia

Kehidupan dan Peranan KH Ahmad Dahlan dalam pendidikan

KH Ahmad Dahlan atau yang memiliki nama kecil Muhammad Darwis lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Ia adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga KH Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta.

Ketika masih kecil, Dahlan tidak mendapat pendidikan dari sekolah. Keterampilan sastra dasarnya ia dapat dari ayahnya, teman, serta saudara iparnya.

Pada usia 8 tahun, Dahlan sudah mampu membaca dan menyelesaikan bacaan Al-Qur'an. Selain itu, sejak kecil Dahlan juga sudah menunjukkan jiwa kepemimpinannya. Ia pun mulai mulai mendalami ilmu Islam saat sudah beranjak remaja.

Saat Dahlan baru berusia 15 tahun, ia pergi naik haji dan tinggal di Mekkah selama lima tahun. Dalam masa ini lah, Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran baru dalam Islam.

Pada 1888, saat kembali ke kampung halamannya di Jawa, Muhammad Darwis pun berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.

Di tahun yang sama saat kembali dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan, anak dari seorang imam dari Masjid Agung di Yogyakarta.

Baca juga: Mengenang Hadratusyaikh Hasyim Asy ari, Ulama Pendiri NU yang Wafat 7 Ramadan 1336 H

Pada 1909, ia bergabung ke dalam organisasi Budi Utomo. Dari organisasi ini ia berharap dapat memberitakan reformasi kepada anggotanya. Namun, para pendukungnya justru mendesak Dahlan untuk mendirikan organisasi sendiri.

Pada 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan Muhammadiyah, organisasi pendidikan sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita reformasinya.

Perkumpulan ini berdiri tepatnya pada 18 November 1912. Sejak awal, Dahlan sudah menetapkan bahwa Muhammadiyah tidak bergerak dalam bidang politik, melainkan sosial dan pendidikan. 

Pada 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendapat status sebagai badan hukum. Permohonan inipun baru dikabulkan pada 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 Tanggal 22 Agustus 1914. Namun, izin ini hanya berlaku dan boleh bergerak untuk daerah Yogyakarta saja.

Sejak saat itu, organisasi Muhammadiyah pun semakin lama semakin berkembang. Pada 1917 ditambahkan seksi perempuan bernama Aisyiyah, buatan istrinya, yang berperan penting dalam memodernisasi kehidupan perempuan Indonesia.

Maka dari itu, Dahlan kembali mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. 

Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 2 September 1921.

Saat ini, dengan jumlah anggota sebanyak 20-juta, Muhammadiyah menjadi organisasi Muslim terbesar kedua di Indonesia setelah Nahdlatul Ulama.

Baca juga: Kisah Ukasyah, Ahli Surga yang Justru Ingin Mencambuk Rasulullah

Akhir Hidup

Ahmad Dahlan meninggal di usia 54 tahun di Yogyakarta pada 23 Februari 1923.

Atas jasanya, KH Ahmad Dahlan diangkat menjadi pahlawan nasional melalui SK Presiden No 657 tahun 1961 oleh Presiden Soekarno.

Adapun dasar-dasar penetapan Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional adalah sebagai berikut:

  1. KH Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah.
  2. Muhammadiyah telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya.
  3. Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.
  4. Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria

 

Penulis : Baitur Rohman Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU