> >

Ingat! Kelebihan Nutrisi saat Sahur dan Buka Puasa juga Bahaya bagi Tubuh, Dapat Picu Penyakit Ini

Kesehatan | 14 April 2022, 10:38 WIB
Ilustrasi. Kelebihan nutrisi saat sahur dan buka puasa dapat memicu penyakit metabolik. (Sumber: Craevschii Family)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Tidak hanya kekurangan, namun kelebihan nutrisi juga tak kalah berbahayanya untuk kesehatan tubuh, terutama saat menjalankan ibadah puasa seperti saat ini.

Spesialis Penyakit Dalam dari Universitas Indonesia Bonita Effendi menyebut, kelebihan nutrisi dapat memicu penyakit metabolik.

"Kelebihan nutrisi nantinya dapat memicu obesitas atau penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, dislipidemia, gagal ginjal, gagal jantung," ujar Bonita seperti diwartakan Antara, Kamis (14/4/2022).

Sebab itu, dia menganjurkan untuk dapat memilih asupan nutrisi yang tepat saat sahur, berbuka puasa.

Adapun yang dimaksud yakni pemenuhan nutrisi harus tetap dapat menunjang kesehatan dan daya tahan tubuh selama menjalankan ibadah Ramadan.

Dia mencontohkan pola makan yang bisa ditiru selama sehari yakni untuk buka puasa, dapat memakan dua atau tiga butir kurma dan minum segelas air putih.

Baca Juga: 3 Berkah Makan Sahur saat Puasa Ramadan Menurut Rasulullah

"Kemudian setelah maghrib, makanlah satu porsi nasi putih, sepotong ayam, sepotong tempe atau tahu, semangkuk sayur, satu jenis buah dan dua gelas air putih. Setelah salat tarawih,bisa makan satu macam buah dan dua gelas air putih," ujarnya menjelaskan.

Saat sahur, makanan yang dikonsumsi bisa terdiri dari seporsi nasi putih, sepotong ikan, seporsi sayur, sepotong melon atau semangka dan dua gelas air putih. Menjelang imsak, makanlah satu macam buah dan minum segelas air putih ata susu.

"Jadi, selain beribadah di Ramadhan, tubuh juga bisa lebih sehat. Jangan lupa tetap melakukan olahraga rutin," ungkap Bonita. 

Bonita menambahkan, individu dengan penyakit penyerta tertentu sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter mengenai persiapan sebelum berpuasa, terutama jika ada obat-obatan rutin yang sebaiknya tetap harus dilanjutkan.

Individu, lanjut dia, dapat berkonsultasi untuk mengetahui apakah ada perubahan dosis atau waktu konsumsi obat agar tetap terkontrol.

Baca Juga: Waktu Terbaik untuk Sahur, Bolehkah Makan Sahur Tengah Malam?

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Purwanto

Sumber : Antara


TERBARU