> >

Kisah Sahur 9 Ramadan 1364 Hijriah: Teks Proklamasi Selesai Diketik, Siangnya Indonesia Merdeka

Cerita | 11 April 2022, 10:21 WIB
Saat Bung Karno dan Bung Hatta membacakan teks proklamasi. Susunan acara pada pembacaan teks proklamasi. (Sumber: Istimewa via grid.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Teks proklamasi kemerdekaan RI diketik tanggal 9 Ramadan 1364 Hijriah saat waktu sahur, kemudian diproklamirkan hari itu juga, 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Hatta.

Proses pengetikan naskah proklamasi tersebut dilakukan di rumah Admiral Maeda usai rapat persiapan kemerdekaan yang rampung pada pukul 03.00.

Saat itu, setelah rapat selesai, Sayuti Melik langsung mengetik teks proklamasi tersebut, di sela teriakan warga yang membangunkan sahur.

Para perumus teks proklamasi, termasuk Wakil Presiden Pertama Indonesia Mohammad Hatta, santap sahur dengan roti, telur, dan ikan sarden.

"Sahur.... sahur!" terdengar suara dari luar rumah Maeda yang menunjukkan waktu untuk sahur bagi umat Islam yang akan berpuasa.

Baca Juga: 7 Amalan di Bulan Ramadan bagi Perempuan Haid agar Tetap Dapat Pahala

"Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang, aku masih dapat makan sahur di rumah Admiral Maeda. Karena tidak ada nasi, yang kumakan ialah roti, telur, dan ikan sarden, tetapi cukup mengenyangkan," kata Hatta dalam bukunya Menuju Gerbang Kemerdekaan yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2011.

Asisten rumah tangga Maeda yang bernama Satsuki Mishina merupakan satu-satunya perempuan di rumah tersebut, dia menyiapkan makanan sahur.

Ia menghidangkan masakannya kepada para tokoh perumus proklamasi yang berkumpul di rumah Maeda.

Kala itu di rumah Maeda juga ada Soekarno, Achmad Soebardjo, dan Sayuti Melik.

Mereka menyantap makan sahur, sedangkan Sayuti Melik menyelesaikan tugasnya untuk mengetik naskah proklamasi dengan mesin ketik yang ada di Konsulat Jerman dekat rumah Maeda.

Suasana saat santap sahur tersebut masih terasa seperti rapat. Sebab ketiganya tetap berdiskusi untuk menentukan lokasi yang tepat untuk membacakan teks proklamasi.

Saat itu, Sukarni dari golongan muda menginginkan pembacaan di Lapangan Ikada agar rakyat Jakarta datang melihat momen bersejarah itu.

Namun, usul tersebut ditolak oleh Soekarno, dengan pertimbangan Lapangan Ikada masih diduduki tentara Jepang dan tak ingin memulai insiden.

Rumah Soekarno yang ada di Pegangsaan Timur Nomor 56 yang sekarang menjadi Tugu Proklamasi pun disepakati menjadi lokasi dibacakannya teks proklamasi tersebut.

Para tokoh bangsa itu berpamitan pulang setelah santap sahur. Hatta mengaku baru tidur setelah salat subuh dan bangun sekitar pukul 08.30.

Baca Juga: Batas Waktu Mandi Wajib Setelah Haid Saat Puasa Ramadan, Bolehkah Dilakukan Setelah Subuh?

Selanjutnya Hatta bersiap berangkat ke Pegangsaan Timur, lokasi tempat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

"Setelah mandi dan bercukur, aku bersiap-siap untuk berangkat ke Pegangsaan Timur 56 guna menghadiri pembacaan teks Proklamasi kepada rakyat banyak serta menaikkan bendera Sang Merah Putih, yang akan dikunci dengan lagu 'Indonesia Raya'," kata Hatta.

Ia tiba di Pegangsaan Timur lima menit sebelum pembacaan teks proklamasi itu dilakukan.

Saat itu, lanjut Hatta, semua orang tahu bahwa dirinya selalu tepat waktu. Sehingga tidak ada satu pun yang khawatir bahwa ia akan datang terlambat.

"Soekarno pun tidak khawatir, karena ia tahu kebiasaanku," ujar dia.

Tepat tanggal 9 Ramadan 1364 atau 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Indonesia merdeka yang ditandai pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno.

Bendera Merah Putih jahitan Fatmawati pun berkibar di rumah Soekarno dan lagu "Indonesia Raya" berkumandang dengan sorak sorai rakyat yang bergembira menyambut Indonesia merdeka.

Sahur saat itu tampaknya menjadi bersejarah, karena keesokan harinya Indonesia menjadi bangsa yang bebas dari penjajahan.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas.com


TERBARU