> >

Cara Membangunkan Sahur Umat di Zaman Nabi Muhammad SAW

Panduan | 24 April 2021, 18:42 WIB
Ilustrasi bulan Ramadan. (Sumber: Pixabay/Chiplanay)

Selain itu, Ustaz Arsyad menambahkan, membangunkan sahur menggunakan cara di zaman nabi tidak bisa diterapkan di zaman sekarang, terutama Indonesia.

“Pada zaman nabi menggunakan azan untuk membangunkan sahur dan itu efektif karena penduduk pada zaman nabi, di Madinah itu imannya pada tinggi, mendengar azan langsung tergugah hatinya. Dan di masyarakat kita, yang banyak orang awam, membangunkan sahur dengan azan sepertinya kurang efektif,” imbuhnya.

Dalam menerapkan sunah, ada yang disebut ghoyah (tujuan) dan wasilah (sarana). Artinya, dalam membangunkan sahur bisa menggunakan cara (wasilah) apapun yang penting tujuan (ghoyah) untuk membangunkan sahur tercapai. Misalnya, menggunakan bedug seperti pada zaman Sunan Kudus.

“Jadi, menggunakan bedug boleh-boleh saja. Cuma ada batasnya. Ketika itu memang mengganggu maka ada kaidah lain, kaidah usul fiqh, bahwa kemudaratan itu harus dihilangkan."

"Kalau sampai menemukan mudarat (masalah), misalnya ibu yang bayinya terbangun gara-gara itu, kan ibunya jadi repot ya. Mau sahur itu jadi repot karena anaknya nangis. Nah, itu maka tidak boleh terjadi seperti itu.”

Menurut Ustaz Arsyad, ketika terjadi konflik atau mudarat pada cara membangunkan sahur maka dikembalikan kepada adat masing-masing dengan duduk bersama mencari solusi.

“Kalau kesel pun, ingat tujuan mereka baik biar kita sahur. Sahur pahalanya luar biasa. Wallahu a’lamu bis-shawab,” tutup Ustaz Arsyad.

Penulis : Baitur Rohman Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU