> >

63 Negara Terlilit Utang, 30% Ekonomi Dunia Resesi, Sri Mulyani: Indonesia Tak Termasuk

Ekonomi dan bisnis | 10 Januari 2023, 10:56 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam CEO Banking Forum, Senin (9/1/2022). Menkeu menyebut 63 negara saat ini sedang terlilit utang hingga membahayakan kondisi negara tersebut. (Sumber: Tangkapan layar YouTube Kementerian Keuangan/Dina Karina)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Memasuki tahun 2023, Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali mengingatkan kondisi ekonomi global yang akan sulit di tahun ini. Ia menyebut, 63 negara saat ini sedang terlilit utang hingga membahayakan kondisi negara tersebut.

Adapun tiga dari puluhan negara tersebut berada di Asia Selatan dan kini sudah menjadi pasien IMF. Yakni Bangladesh, Sri Lanka, dan Pakistan. Selain tiga negara itu, negara lainnya yang masuk Asia Selatan adalah Afghanistan, Bhutan, India, Maldives, dan Nepal.

"Diakui di dalam statistik, lebih dari 63 negara di dunia yang dalam utangnya mendekati atau sudah tidak sustainability," kata Sri Mulyani dalam acara CEO Banking Forum yang disiarkan secara virtual, Senin (9/1/2023).

Baca Juga: Heru Persilakan Formula E Tetap Jalan, tapi Jakpro Harus Cari Sponsor, Pemprov DKI Tak Bantu Dana

"Kalau membaca wawancara bank sentral India, dia mengatakan negara-negara di sekitar Asia Selatan semuanya dalam kondisi stress debt," tambahnya.

Begitu juga yang terjadi di Mesir dan negara di Timur Tengah lainnya yang merupakan importir minyak. Mereka kesulitan keuangan di tengah tingginya harga minyak dan gas, yang berakibat inflasi atau naiknya biaya hidup masyarakat.

Sri Mulyani menyampaikan, jika IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya 2,3%. Turun dari proyeksi tahun lalu yang sebesar 3,2%. Lebih buruk lagi, IMF memprediksi 30-40% ekonomi dunia akan mengalami resesi.

"Jadi hal ini menjadi satu kewaspadaan, 2023 memang prediksi dari lembaga global, mengenai dunia kurang menggembirakan. Tidak hanya inflasi dan kemungkinan resesi, kemungkinan juga ada masalah dengan di berbagai negara," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Baca Juga: Mahfud Sebut Ancaman Resesi dan Krisis Global Jadi Alasan Mendesak Diterbitkannya Perppu Cipta Kerja

Namun kabar baiknya, Indonesia tidak termasuk sepertiga ekonomi dunia yang mengalami resesi.

"Kita tidak termasuk yang sepertiga, Insya Allah kita jaga terus," ucap Bendahara Negara dalam Acara Apresiasi Media, pada Jumat (6/1) dikutip dari YouTube Kemenkeu.

Optimisme itu terlihat dari realisasi pertumbuhan ekonomi hingga kuartal III yang mencapai 5,72 persen secara tahunan dan berlanjut hingga periode tiga bulan terakhir tahun 2022. Angka itu jauh di atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global versi IMF.

Apalagi, Indonesia mendapat momen libur Natal dan Tahun Baru tanpa ada pembatasan kegiatan. Sehingga perputaran uang di masyarakat lebih besar dari akhir 2022.

Tapi, Indonesia juga punya ancaman yang bisa mengganggu perekonomian jika tidak ditangani dengan baik. Yakni kontelasi politik dalam negeri jelang Pemilu 2024 yang sudah terasa sejak tahun lalu.

"Dalam situasi agenda politik dalam negeri, situasi geopolitok dunia yang sangat dinamis dan tidak pasti, dan kita harus menjaga seluruh kemajuan dan momentum pemulihan," sebutnya.

 

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU