> >

Harga Tinggi dan Pasokan Langka, Stok Beras Bulog Menipis

Ekonomi dan bisnis | 17 November 2022, 10:38 WIB
Pekerja mengangkut beras di gudang Bulog Divre Banten. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan saat ini stok cadangan beras pemerintah (CBP) menipis.. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkap, saat ini stok cadangan beras pemerintah (CBP) menipis. Lantaran, Bulog kesulitan menyerap beras dari petani karena pasokan yang terbatas dan harga jual yang tinggi.

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (16/11/2022), Buwas mengatakan stok CBP di gudang Bulog hanya ada 651.000 ton, dari yang ditargetkan seharusnya 1,2 juta ton.

"Dari target yang kita alokasikan, kita sudah kumpulkan semua penggilingan dengan mitra kita. Yang tadinya sudah disepakati sampai Desember 2022 kita bisa serap 500.00o ton sudah ada kontraknya, tapi sampai hari ini kita hanya bisa mampu menyerap 92.000 ton dari target 500.00p ton," kata Buwas seperti dikutip dari Antara, Kamis (17/11/2022).

Ia menjelaskan, pasokan beras di tingkat produsen langka dikarenakan produksi yang menurun. Berdasarkan pantauan tim Bulog di lapangan, perubahan cuaca menyebabkan gagal panen di sejumlah wilayah.

Baca Juga: Begini Nih cara Menyimpan Beras Agar Tidak Ada Kutu Beras

"Selain ada anomali cuaca, kita harus sadari kita tidak bisa pastikan hasil panen sesuai dengan fakta di lapangan, pasti produktivitas gabah pasti turun. Karena di beberapa wilayah, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung juga terendam banjir sawah yang sudah mau panen, sehingga akan memengaruhi jumlah yang akan panen," ujarnya.

Badan Pangan Nasional menugaskan Bulog untuk melakukan penyerapan beras atau gabah untuk CBP hingga 1,2 juta ton sampai akhir 2022.

Namun target itu dipastikan tidak akan tercapai apabila hanya mengandalkan serapan dalam negeri lantaran pasokan yang rendah karena penurunan produksi.

Oleh karena itu Buwas mengatakan diperlukan adanya alternatif pemenuhan stok CBP dari luar negeri alias impor yang harus dilakukan dengan segera.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan , kenaikan harga beras atau gabah terjadi sejak Juli 2022 hingga saat ini. Harga beras naik karena naiknya ongkos produksi lantaran harga pupuk yang juga meningkat, serta kenaikan harga BBM.

Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Capaian Nyata G20 Bali, Ini Daftarnya

Arief memaparkan, sebelumnya Bulog membeli beras atau gabah level medium untuk CBP seharga Rp8.300 per kg di tingkat produsen dan mudah mendapatkannya. Sementara saat ini Bulog menaikkan harga pembelian beras medium menjadi Rp8.800 per kg dan tetap tidak dapat membelinya karena produsen baru mau menjual di harga Rp8.900 per kg.

"Bulog juga membeli beras komersial dengan harga yang lebih tinggi dan mengikuti harga pasar pun masih belum mencukupi untuk pemenuhan stok karena keterbatasan pasokan," ujar Arief.

"Terakhir, Bulog membeli harga beras komersial di tingkat produsen sudah mencapai Rp10.500 per kg atau bahkan Rp11 ribu per kg," katanya.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Antara


TERBARU