> >

Tantangan Ekonomi ASEAN Dinilai Bakal Semakin Berat, Jokowi Fokus 3 Hal Ini

Ekonomi dan bisnis | 13 November 2022, 16:11 WIB
Presiden Jokowi mengungkapkan tiga fokus utama ASEAN dalam menghadapi tantangan ekonomi kawasan. (Sumber: Tangkap Layar kanal YouTube Sekretariat Presiden)

JAKARTA, KOMPAS.TV -  Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut tantangan ekonomi di negara-negara kawasan  Asia Tenggara (ASEAN) kedepannya akan lebih berat, terlebih di tengah ancaman resesi global.

Terkait itu, kata dia, terdapat tiga fokus utama ASEAN untuk memitigasi dampak tersebut. 

Hal ini disampaikan Kepala Negara saat berbicara pada ASEAN Global Dialogue Ke-2: Post Covid-19 Comprehensive Recovery di Hotel Sokha, Phnom Penh, Minggu (13/11/2022).

“Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi rata-rata masih terus positif, namun ke depannya, tantangan ekonomi kawasan akan makin berat apalagi dengan ancaman resesi. Untuk itu, saya ingin fokus pada tiga hal,” kata Jokowi dikutip dari laman Sekretariat Presiden, Minggu.

Menurutnya, fokus pertama yang perlu dicapai yakni, penguatan fiskal negara ASEAN.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mendorong agar ruang fiskal harus diciptakan demi stabilitas keuangan.

“Dukungan pada sektor yang memiliki dampak terhadap ekonomi kawasan juga harus diprioritaskan," ujarnya.

"ADB telah mengidentifikasinya seperti pariwisata, agro-processing, dan tekstil. Sektor-sektor ini penting karena melibatkan UMKM yang wakili 90% dunia usaha ASEAN."

Baca Juga: Jokowi Siap Ikuti Sejumlah Agenda Bilateral G20, Siapa saja yang Ditemui?

Fokus kedua, menurut Presiden Jokowi adalah penguatan dukungan keuangan internasional.

Dia menegaskan pentingnya peran lembaga keuangan internasional dalam merespon krisis dan meminimalisir dampak yang diakibatkan melalui berbagai instrumen keuangan yang fleksibel.

“Ada instrumen yang sifatnya darurat sehingga bisa cepat digunakan saat krisis, dan lebih penting dari itu perlu ada instrumen yang berfungsi mencegah krisis," ucapnya.

"Dukungan ini penting bagi ASEAN untuk antisipasi memburuknya krisis ke depan, salah satunya dengan perkuat infrastruktur keuangan di kawasan, termasuk sinergi kebijakan finansial.

Hal ketiga, lanjut Jokowia yaitu perdagangan dunia harus diatur dengan mempertimbangkan hak pembangunan negara berkembang.

Sebab saat ini masih banyak negara berkembang yang kesulitan saat ingin melakukan hilirisasi.

“Apakah dengan mengeskpor bahan baku mentah negara berkembang dapatkan keuntungan yang memadai? Jawabannya tidak. Untuk itu, negara berkembang terus memperjuangkan hak untuk hilirisasi,” tegasnya.

Di akhir pengantarnya, Jokowi kembali menegaskan pentingnya berkolaborasi erat dan bekerja sama untuk menghadapi krisis yang terjadi saat ini.

Baca Juga: Menko Marves Pastikan Presiden Jokowi Akan Bertemu secara Bilateral dengan Presiden Tiongkok

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU