> >

BI: kalau Dibanding Mata Uang Negara Emerging Market Lainnya, Rupiah Best Perfomer

Kebijakan | 28 Oktober 2022, 15:52 WIB
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Solikin M. Juhro saat berdialog dengan Presenter Kompas TV Pascalis Iswari dalam program Kompas Bisnis, Jumat (28/10/2022). (Sumber: Tangkapan Layar YouTube Kompas TV/Dina Karina )

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Solikin M. Juhro mengatakan, tekanan yang dialami rupiah saat ini bukan hal yang unik. Lantaran mata uang negara lainnya, baik negara maju ataupun berkembang, juga melemah terhadap dolar AS.

"Kalau dibandingkan negara emerging markets, bisa dibilang rupiah itu best performer. Indeks dolar itu sudah 115, rupiah melemah 8,7 persen terhadap dolar AS. (mata uang) India di atas 10 persen, Malaysia 12 persen, Thailand 13 persen," kata Solikin dalam program Kompas Bisnis KOMPAS TV, Jumat (28/10/2022).

"Di luar itu jauh lebih tertekan, misalnya Brasil, Argentina, Turki," tambahnya.

Indeks dolar adalah indeks yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama dunia lainnya yakni Euro (EUR), Yen Jepang (JPY), Pound Inggris (GBP), Dolar Kanada (CAD), Krona Swedia (SEK), dan Franc Swiss (CHF).

Baca Juga: Ekonomi AS Diprediksi Melambat, Rupiah Menguat ke Level Rp15.553 Jelang Akhir Pekan

Meski hanya enam mata uang yang tercantum, proses pengukuran Indeks Dolar AS sebenarnya juga membandingkan Greenback dengan mata uang 24 negara (19 negara di antaranya tergabung dalam Zona Euro).

Bisa dibilang, Indeks Dolar AS dapat dijadikan patokan bagi performa kekuatan dolar AS secara umum.

Solikin menyatakan, BI sudah melakukan berbagai hal untuk menjaga nilai tukar rupiah. Di antaranya dengan menaikkan suku bunga acuan, intervensi di pasar spot dan pasar derivatif, serta intervensi di pasar sekunder Surat Berharga Negara (SBN).

Pelemahan nilai tukar rupiah, lanjutnya, hanyalah sebagian dampak dari ketidakpastian global saat ini yaitu akibat perang Rusia-Ukraina dan perang dagang Amerika-China yang belum tahu akan berlangsung sampai kapan.

Kedua hal itu akan menghambat rantai pasok global, sebut saja kelangkaan pasokan cip, krisis energi dan pangan.

Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU