> >

Krisis Ekonomi Global, Jokowi Mewanti-Wanti Para Menterinya Setelah Banyak Negara Jadi Pasien IMF

Ekonomi dan bisnis | 12 Oktober 2022, 05:40 WIB
Seorang wanita Sri Lanka berpartisipasi dalam protes terhadap krisis ekonomi, sebelum dimulainya jam malam di Kolombo, Sri Lanka, Sabtu. (Sumber: AP Photo/Eranga Jayawardena)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan jajaran menteri untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan karena tekanan krisis finansial global yang semakin tinggi.

“Wujudnya lebih besar dari krisis di 1998, di mana krisis di 1998 itu di beberapa negara ASEAN, tentu presiden juga mengingatkan untuk ambil kebijakan secara berhati-hati,” ujarnya usai sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Meski begitu, menurutnya, saat ini ketahanan eksternal Indonesia cukup kuat. Nilai tukar rupiah memang mencatatkan depresiasi hingga enam persen. Namun, pergerakan Rupiah masih lebih kuat dibanding mata uang negara-negara dengan lain.

“Relatif lebih tinggi dibanding negara lain termasuk Kanada, Swiss, Thailand, Nepal juga termasuk Inggris sehingga relatif Indonesia lebih moderat dibandingkan beberapa negara lain,” sebutnya

Airlangga juga merinci beberapa indikator ketahanan eksternal seperti indeks volatilitas kurs yang sebesar 30,49, dan juga premi risiko investasi (credit default swap/CDS) Indonesia yang lebih rendah dari Meksiko, Brasil, Turki dan Afrika Selatan.

Dengan demikian, pemerintah masih optimis ekonomi Indonesia tetap tumbuh. Di 2023, ia memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh di rentang 4,8-5,2 persen.

Baca Juga: Jokowi Titip ke Veteran RI Ingatkan Presiden Selanjutnya Jaga Kebijakan Tidak Ekspor Bahan Mentah

Banyak negara jadi pasien IMF

Sebelumnya, di hari yang sama Presiden Joko Widodo juga menyinggung soal memburuknya situasi ekonomi global. Presiden menyebut banyak negara yang mengajukan permohonan bantuan keuangan terhadap Dana Moneter Internasional (IMF).

Hal itu ia sampaikan  setelah menerima laporan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang sedang berada di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa. 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU