> >

Inflasi Nyaris 100 Persen, Warga Argentina Rela Keluar Uang Banyak Untuk Beli Stiker Piala Dunia

Ekonomi dan bisnis | 11 Oktober 2022, 14:56 WIB
Stiker atau figuritas pemain Piala Dunia yang tengah digandrungi rakyat Argentina. Meski inflasi hampir 100 persen, mereka rela keluar uang jutaan rupiah untuk membeli stiker. (Sumber: The New York Times )

Jika di negara yang mengalami krisis ekonomi mungkin akan terlihat warga antre makanan atau BBM, warga di Argentina justru terlihat antre membeli figuritas. Mulai dari anak-anak hingga orang lansia, rela mengantre membeli stiker yang tidak bisa lagi dibeli per bungkus, tapi harus sekaligus 5 bungkus seharga 900 peso. 

Aksi pemerintah Argentina itu dikritik karena negara di Amerika Selatan ini kini ekonominya sedang terpuruk dengan tingkat inflasi salah satu yang tertinggi Dunia. 

Ernesto Acuna, seorang pedagang figuritas mengaku menjual figuritas hanya pada jam tertentu karena stoknya sedikit dan selalu habis terjual. Ia sampai harus menjatah jumlah yang dapat dibawa pulang oleh setiap pelanggan. Pada beberapa hari, batasnya hanya dua bungkus per orang. 

"Orang Argentina mengikuti nafsu," kata Acuna kepada the New York Times

“Setiap minggu yang berlalu, paket figuritas lebih mahal di kios, di jalan, di internet,” katanya.

Baca Juga: Canggih, China Gandeng Argentina Bikin LRT Bertenaga Baterai

Seorang pelanggan ada yang berkeliling mencari figuritas selama 2 jam dan akhirnya membeli 20 bungkus. Jika ia mendapatkannya dengan harga normal saja, yang sangat tidak mungkin, ia harus mengeluarkan uang Rp300.000 hanya untuk stiker. 

Kegilaan figuritas bahkan telah mencapai rumah tangga Messi. Pemain tersebut mengkonfirmasi setelah pertandingan baru-baru ini di Amerika Serikat bahwa anak-anaknya juga kolektor.

Jorge Vargas, pemilik toko figuritas di pusat kota Buenos Aires mengatakan, mengumpulkan stiker lebih dari uang. Ia menyebut mengumpulkan figuritas adalah tentang memori. 

 “Ini kenang-kenangan. Agar mereka dapat melihat ke belakang dan berkata, saya ada di sana di era itu.”

Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto

Sumber : Kompastv/the new york times


TERBARU