> >

Sri Mulyani Sebut Dunia Bakal Resesi di 2023, Ini Pilihan Investasi yang Tahan Krisis Ekonomi

Ekonomi dan bisnis | 28 September 2022, 07:15 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebut negara-negara akan masuk dalam jurang resesi ekonomi pada tahun 2023. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan dunia akan masuk dalam resesi tahun depan. Hal itu sudah terlihat dari kebijakan pengetatan moneter berupa kenaikan suku bunga acuan di bank sentral sejumlah negara.

"Bank Dunia sudah menyampaikan kalau bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersama-sama, maka dunia pasti mengalami resesi di 2023. Inilah yang sekarang sedang terjadi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa secara virtual, Senin (27/9/2022).

Sri Mulyani menyebut bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) sudah mengerek suku bunga acuan 75 basis poin (bps) dari 2,25-2,5 persen menjadi 3-3,25 persen pada September 2022.

Lalu suku bunga acuan bank sentral Inggris sudah naik 200 bps selama 2022. Inggris sendiri kini tengah dilanda krisis ekonomi yang disebabkan naiknya biaya hidup.

Baca Juga: Sejarah Sejumlah Negara yang Krisis Malaise atau The Great Depression Akibat Resesi AS

"Kenaikan suku bunga oleh bank sentral terutama di negara-negara maju secara cukup cepat dan ekstrim itu pasti akan memukul pada pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut," ujar Sri Mulyani.

Bank Indonesia (BI) pun memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen.

Lantas, apakah dalam kondisi seperti itu masyarakat jadi tidak bisa berinvestasi? Tentu saja bisa. Asalkan memilih instrumen investasi safe haven atau aset aman. Dengan berinvestasi di safe haven, maka risiko yang dihadapi investor juga lebih kecil.

Menaruh dana di investasi safe haven juga memungkinkan investor berinvestasi di aset lainnya. Karena tujuan investasi di aset aman adalah untuk diversifikasi dan meminimalisir resiko kehilangan (loss) akibat ekonomi yang sedang melemah.

Baca Juga: PLN: Konversi Kompor Listrik Batal, Tarif Listrik Tak Naik, dan Tak Ada Penghapusan Daya 450 VA

Apa saja yang termasuk Safe Haven?

Mengutip dari akun instagram resmi @investingmom.id, berikut adalah jenis-jenis investsi safe haven:

1. Emas
Saat puncak pandemi kemarin, harga emas sempat melambung sangat tinggi. Dari yang tadinya Rp700.000 per gram untuk emas batangan, sempat menjadi Rp1.000.000. Dari situ terlihat nilai emas justru melambung saat kondisi ekonomi lesu akibat pandemi.

2. Surat utang pemerintah jangka pendek
Untuk investor ritel atau investor perorangan, bisa membeli Surat Utang Negara Ritel seperti Sukuk, ORI, SBR, dan Sukuk Tabungan (ST).

3. Saham-saham defensif
Investor bisa memilih saham-saham dari emiten yang erat kaitannya dengan kebutuhan sehari-hari. Seperti perbankan, consumer goods, utility (air, listrik), kesehatan (farmasi dan rumah sakit).

Karena dalam kondisi apapun, sektor tersebut merupakan kebutuhan dasar dan akan tetap dikonsumsi oleh masyarakat.

Baca Juga: Harga BBM di SPBU Vivo Naik Lagi, Jadi Makin Mahal Dibanding Pertalite

4. Uang Cash

Uang cash (disimpan di tabungan) baik dalam bentuk mata uang sendiri maupun asing.

Namun perlu diingat, jika menempatkan semua aset dalam safe haven tentu tidak akan seoptimal apabila kita melakukan diversifikasi dengan aset yang lebih agresif.

"Jadi, manage your expected return and own risk appetite buat latihan berinvestasi ya temen-temen," tulis Tim Investingmom.id.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU