> >

Bangkitkan Potensi Tayan, Antam UBP Bauksit Kalbar Kelola Sejumlah Program CSR

Ekonomi dan bisnis | 26 September 2022, 20:53 WIB
Tradisi kerajaan di Tayan masih berjalan sampai sekarang hingga Raja Tayan ke-14, Yang Mulia Panembahan Anom Gusti Yusri, S.H (tengah). (Sumber: Dok. Kelana Indonesia KompasTV)

KOMPAS.TV – Kalimantan Barat memiliki segudang potensi alam dan budaya yang masih belum terlalu terekspos. Berdasarkan hal tersebut, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tergerak untuk melakukan corporate social responsibility (CSR) melalui sejumlah program unggulan.

Sejak 2013, Antam memiliki Unit Bisnis Pengelolaan (UBP) Bauksit Kalimantan Barat yang bergerak di industri penambangan bauksit dan berlokasi di Kecataman Tayan, Kalimantan. Bauksit adalah bahan baku hasil pertambangan yang biasa diolah menjadi alumina hingga aluminium.

Sebagai perusahaan yang menerapkan Good Mining Practice, Antam  melakukan upaya untuk tetap bertanggung jawab sebelum, selama, dan sesudah proses penambangan. Hal ini disampaikan General Manager Antam UBP Bauksit Kalbar, Anas Safriatna.

Anas memaparkan, setelah mengubah rona bumi lewat penambangan, perusahaan wajib mengembalian bekas tambang menjadi ladang yang sehat. Salah satu cara yang ditempuh Antam adalah melalui reklamasi.

Dukungan Antam terhadap Potensi Alam dan Budaya Tayan

PT Antam Tbk (Antam) turut mendukung potensi daerah Tayan dengan menjadikan Danau Laet sebagai mitra binaan sejak 2018. Danau Laet yang memiliki luas sekitar 800 hektar ini terletak di Desa Subah, kecamatan Tayan Hilir, Pontianak, Kalimantan Barat.

Selain masih dikelilingi keindahan alam, terdapat dua belas pulau yang terletak di tengah danau. Salah satu pulaunya yaitu Kampung Otong dihuni sekitar 42 kepala keluarga. Pengunjung bisa menikmati keindahan Danau Laet menggunakan perahu yang disewakan.

Anselmus Efendi, Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Tayan mengatakan gagasan mengembangkan Danau Laet dimulai dari masyarakat setempat. Sebagai mitra binaan, Antam berperan dalam menunjang sejumlah fasilitas.

 Antam membangun miniatur rumah adat Betang, membangun toilet yang layak, menyediakan life vest bagi penumpang perahu, serta mengembangkan penerangan alternatif berupa solar cell.

Di samping itu, Antam juga membantu peningkatan pendapatan Pokdarwis melalui pengembangan agrowisata jambu serta kajian untuk pengembangan ekowisata lainnya. Peningkatan kapasitas Pokdarwis dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung juga menjadi salah satu kegiatan Antam di Danau Laet.

Masyarakat sekitar Danau Laet berharap, ke depannya tempat wisata tersebut makin berkembang dan mampu berdaya saing dalam skala nasional. Masyarakat juga mengharapkan peran pemerintah, khususnya dalam pembangunan bendungan agar wisata tidak bergantung kondisi alam.

Tidak hanya potensi alam, Antam juga menunjukkan kepeduliannya terhadap pelestarian budaya. Pasalnya, tradisi kerajaan di Tayan masih berjalan sampai sekarang hingga Raja Tayan ke-14, Yang Mulia Panembahan Anom Gusti Yusri, S.H.

Kerajaan Tayan sudah ada sekitar tahun 1400 hijriah dengan misi utama mengamankan jalur perdagangan. Raja pertama Tayan, Raja Gusti Lekar, menikah dengan putri seorang panglima tokoh Dayak sehingga terbentuk Kerajaan Tayan.

Antam mendukung pelestarian budaya Kerajaan Tayan melalui prosesi penobatan raja pada 2012. Prosesi yang mendatangkan ribuan orang bahkan sejumlah raja nusantara, serta utusan kerajaan luar negeri ini berlangsung meriah.

Setahun kemudian, Antam bekerja sama untuk merevitalisasi istana yang disebut Keraton Tayan. Bangunan yang semula miring, bocor, dan kurang terawat dikelola menjadi salah satu situs budaya.

Serangkaian Program Pemberdayaan Masyarakat

Antam juga melakukan sejumlah program demi memberdayakan masyarakat sekitar tambang. Business Support Senior Manager Antam UBP Bauksit Kalimantan Barat Munadji menjelaskan serangkaian program tersebut.

Sebagai salah satu pionir penanaman jambu kristal, Munadji menjabarkan program ini awalnya hanya diikuti empat orang. Setelah selesai ditambang, area tersebut ditanami tanaman endemik, salah satunya jambu hutan. Saat ini, peserta budidaya jambu bertambah menjadi 160-an orang.

Ada juga kelompok tani Mamalam (Mandiri, Manak, Mangalam) atau “mandiri bersama alam”. Kelompok ini menanam aneka sayur hidroponik dan buah organik. Selain itu, masyarakat juga diberdayakan untuk budidaya ikan ari tawar dan mengelola peternakan sapi. Nantinya, kotoran sapi diolah menjadi pupuk dan biogas.

Pembekalan masyarakat sekitar tambang bertujuan memaksimalkan potensi yang dimiliki Tayan. Dalam menjalankan good mining practices, Antam langsung mereklamasi tanah-tanah bekas tambangnya menggunakan media tanam tandan kosong atau tankos yang terbuat dari limbah sawit.

Selain sebagai media tanam, tankos ini juga sebagai pupuk dari tanaman-tanaman endemik yang ditanam di sini. Sebelum tanah ditambang, Antam menyimpan top soil dari tanah aslinya agar dapat digunakan untuk mereklamasi daerah bekas tambang.

Tanaman yang ditanam di sini merupakan tanaman endemik yang ada di Tayan, seperti jambu monyet dan jambu mete. Keseluruhan tanaman diambil dari nursery yang diberdayakan oleh kelompok tani Mamalam sendiri.

Antam juga mengelola tempat pelestarian budaya Tayan yang disebut Rumah Betang. Rumah Betang adalah rumah khas suku Dayak yang terus dilestarikan di Tayan. Di dalam rumah Betang ini terdapat beberapa bagian yang mempunyai fungsinya masing-masing, seperti tempat berkumpul dan tempat untuk tinggal.

Bahan-bahan yang digunakan di dalam Rumah Betang juga banyak menggunakan bahan dari alam, seperti akar-akaran untuk mengikat bagian dari rumah. Bagian dalam rumah betang dihiasi ornamen-ornamen yang merupakan identitas dari masyarakat Dayak.

Masyarakat sekitar, terutama ibu-ibu, diberi pembekalan untuk menghasilkan kerajinan tangan bernilai ekonomi. Kini, mereka terampil membuat tikar dan keranjang yang dianyam dari dedaunan yang dikeringkan. Program-program ini diharapkan dapat menjadi bekal agar masyarakat lebih mandiri dan terampil.

Penulis : Meirna Larasati Editor : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU