> >

Daftar 5 Negara Pemberi Pinjaman Terbesar ke RI, No 1 Ternyata Bukan China

Ekonomi dan bisnis | 21 September 2022, 07:16 WIB
Ilustrasi utang luar negeri Indonesia. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2022 sebesar 400,4 miliar dolar AS, turun dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 403,6 miliar dolar AS. (Sumber: Antara)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Laporan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia menyebutkan, Singapura menjadi negara pemberi pinjaman terbesar ke Indonesia. Dalam laporan yang dirilis Bank Indonesia itu, tercatat utang RI kepada Singapura sebesar 60,07 miliar dollar AS hingga Juli 2022.

Jumlah itu setara Rp895 triliun (asumsi kurs Rp14.900). Posisi utang dengan Singapura pada bulan Juli 2022 turun tipis dari bulan sebelumnya yang sebesar 60,09 miliar dollar AS.

Kemudian, Amerika Serikat menjadi negara kedua pemberi pinjaman terbesar untuk Indonesia dengan jumlah piutang sebesar 33,52 miliar dollar AS. Angka itu, turun dari Juni 2022 yang sebesar 33,52 miliar dollar AS.

Dari data itu terlihat jumlah utang Indonesia kepada Singapura dan AS terpaut cukup jauh. Selanjutnya, negara pemberi pinjaman terbesar ketiga yaitu Jepang, dengan jumlah sebesar 25,48 miliar dollar AS. Naik dari bulan sebelumnya sebesar 24,94 miliar dollar AS.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Turun, Bank Indonesia Jelaskan Penyebabnya

Lalu ada China yang menempati posisi ke-4 sebagai negara dengan pemberi pinjaman terbesar untuk RI. Yakni sebesar 20,83 miliar, naik tipis dibandingkan dengan posisi pada Juni 2022 yang mencapai 20,82 miliar dollar AS.

 

Di posisi ke-5, ada Hongkong dengan pinjaman sebesar 17,63 miliar dollar AS, turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 17,72 miliar dollar AS.

Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyatakan, posisi utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2022 sebesar 400,4 miliar dolar AS, turun dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 403,6 miliar dolar AS.

Sedangkan secara tahunan, ULN Juli 2022 juga turun 4,1 persen dari Juli 2021. Hal itu disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (Pemerintah dan Sentral) maupun sektor swasta.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU