> >

Neraca Dagang RI Surplus 28 Bulan Berturut-Turut, Booming Komoditas Masih Jadi Berkah

Ekonomi dan bisnis | 15 September 2022, 15:11 WIB
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas dengan menggunakan alat berat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/4/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 mengalami surplus 5,76 miliar dolar AS. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 mengalami surplus 5,76 miliar dolar AS. Lantaran nilai ekspor sebesar 27,91 miliar dolar AS dan impor senilai 22,15 miliar dolar AS.

"Jadi neraca perdagangan sampai dengan Agustus 2022 ini membukukan surplus selama 28 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto pada konferensi pers virtual, dikutip Antara, Kamis (15/9/2022). 

Setianto mengatakan surplus neraca perdagangan pada Agustus 2022 ditopang oleh surplus neraca komoditas nonmigas.

Adapun neraca perdagangan non-migas tercatat surplus 7,74 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang surplus utama yaitu bahan bakar mineral, besi dan baja, lemak dan minyak hewan nabati.

Baca Juga: Nilai Ekspor Turun, tapi Neraca Perdagangan Indonesia Masih Bisa Surplus 4,2 Miliar Dollar AS

Sedangkan neraca perdagangan migas tercatat mengalami defisit 1,98 miliar dolar AS dengan komoditas utama penyumbang defisit yaitu minyak mentah, hasil minyak, serta gas.

Ia menambahkan, pada Agustus 2022 terdapat tiga negara dengan surplus negara perdagangan terbesar yaitu India, Amerika Serikat, dan Filipina.

Rinciannya, perdagangan RI dengan India mengalami surplus 1,8 miliar dolar AS. Utamanya disumbang oleh perdagangan komoditas lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta bahan kimia anorganik.

Lalu dengan Amerika Serikat sebesar 1,6 miliar dolar AS, dimana penyumbang utama surplus tersebut yakni mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, lemak dan minyak hewan nabati, pakaian dan aksesori rajutan.

Ketiga adalah Filipina dengan nilai 1,09 miliar dolar AS, dengan penyumbang terbesarnya adalah untuk komoditas bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, serta besi dan baja.

Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto

Sumber : Antara


TERBARU