> >

Waspada Ketegangan China-Taiwan, BPS Sebut Pasokan Komoditas Ini Terancam Jika Keduanya Perang

Ekonomi dan bisnis | 15 Agustus 2022, 14:07 WIB
Anggota DPR AS mengunjung Taiwan tanpa pemberitahuan Minggu (14/8/2022). Mereka tak takut terhadap China yang kerap keberatan dengan dukungan AS ke Taiwan. (Sumber: Taiwan Ministry of Foreign Affairs via AP)

Kekhawatiran akan ketegangan politik China-Taiwan dirasakan oleh banyak negara. Negara tetangga RI, Singapura, bahkan menyebut masa depan negara itu "mendung" jika ketegangan berlanjut.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menyatakan, risiko dari ketegangan di Selat Taiwan tidak akan cepat mereda. Karena kecurigaan yang mendalam China terhadap Taiwan, dan kurangnya komunikasi antara Amerika Serikat dan China.

Dalam pidato yang disiarkan televisi menjelang Hari Nasional Singapura pada Selasa (9/8), Lee mengatakan Singapura akan diterpa persaingan dan ketegangan yang intens di kawasan itu.

"Di sekitar kita, badai sedang berkumpul. Hubungan AS-China memburuk, dengan masalah yang sulit dipecahkan, kecurigaan yang mendalam, dan kurangnya interaksi," kata Lee seperti dikutip dari Antara.

Baca Juga: Penduduk Pulau Taiwan Terdekat ke China Ternyata Tak Khawatir dengan Kemungkinan Perang

"Ini tidak mungkin membaik dalam waktu dekat. Selain itu, salah perhitungan atau kecelakaan dapat dengan mudah memperburuk keadaan," tambahnya.

Untuk meredam dampak ekonomi ketegangan geopolitik itu, Lee menyebut pemerintah Singapura akan meluncurkan sejumlah kebijakan ekonomi, terutama untuk mengatasi kenaikan harga.

Pasalnya, inflasi Singapura dalam beberapa bulan terakhir merupakan yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Bank sentral Singapura juga sudah memperketat kebijakan moneter pada 14 Juli, dalam sebuah langkah di luar siklus yang biasa (off-cycle) untuk mengatasi tekanan biaya.

Singapura sebelumnya telah mengumumkan paket dukungan untuk sebagian besar kelompok berpenghasilan rendah untuk membantu mengurangi peningkatan biaya hidup akibat inflasi dan kenaikan harga energi.

"Dunia tidak mungkin kembali dalam waktu dekat ke tingkat inflasi dan suku bunga rendah yang telah kita nikmati dalam beberapa dekade terakhir," ujar Lee.

Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto

Sumber :


TERBARU