> >

Permintaan Bawang Merah Tinggi, BI Dorong Budidaya tanpa Pupuk

Ekonomi dan bisnis | 8 Oktober 2021, 16:22 WIB
Salah satu petani memperlihatkan hasil panen bawang merah dengan sistem budidaya organik di Sragen, Jawa Tengah, Jumat (8/10/2021). (Sumber: Kompas.TV/Ant)

SURAKARTA, KOMPAS.TV – Permintaan pasar terhadap bawang merah di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, tinggi. Untuk itu Bank Indonesia (BI) Perwakilan Surakarta mendorong optimalisasi budidaya komoditas pokok tersebut.

Kepala Perwakilan BI Surakarta Nugroho Joko Prastowo menerangkan, dengan budidaya tanpa pupuk kimia, diharapkan hasil panen akan lebih besar dan rasa juga lebih enak. Selain itu, dalam budidaya ini juga menggunakan kelambu untuk mengurangi risiko hama sehingga daunnya bagus dan hasil umbi besar.

“Harapannya ini bisa menguntungkan petani dan tercapai swasembada bawang merah," katanya dalam kesempatan panen bawang merah organik di Sragen, Jumat (8/10/2021).

Nugroho mengatakan, pertahanan ekonomi, salah satunya sektor pertanian, memegang peranan penting di ekonomi moneter.

"Ketahanan ini harus dibangun, harapannya agar tidak impor terus, harga (komoditas pokok) tidak lompat-lompat (naik turun) sehingga berdampak pada inflasi," katanya.

Baca Juga: 3 Alasan Harga Bawang Merah di Bantul Anjlok

Terkait hal tersebut, pihaknya mengimbau agar setiap daerah memaksimalkan potensi yang ada termasuk juga mengembangkan produk turunannya yakni, bawang goreng. Lantaran, permintaan pasar terhadap produk ini cukup tinggi.

“Binaan BI sudah ada pengiriman salah satunya dari Brebes. Harapannya jangan hanya Brebes, tetapi juga Sragen," katanya yang juga menyebut ada permintaan dari Jepang.

Di samping itu, selain memberikan pendampingan berupa pelatihan budidaya bawang merah dengan cara organik, bantuan lain yang juga diberikan oleh BI kepada Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Sragen yakni rumah kompos dan gudang bibit.

Ketua ABMI Kabupaten Sragen Suratno mengapresiasi bantuan tersebut. Apalagi, selama ini pengadaan bibit menjadi salah satu kendala yang dialami oleh petani.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU