> >

400 Hektare Hutan Bowosie Labuan Bajo Bakal Dikembangkan Jadi Empat Zona Pariwisata

Ekonomi dan bisnis | 31 Agustus 2021, 09:05 WIB
Ilustrasi Komodo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Barat. Pembangunan proyek pariwisata Indonesia yang dijuluki Jurassic Park di media sosial akan terus berlanjut. (Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia)

LABUAN BAJO, KOMPAS.TV – Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) akan mengembangkan empat zona pengembangan pariwisata pada 400 hektar Hutan Bowosie Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Kawasan 400 hektare tersebut merupakan kawasan pariwisat berkualitas yang terintegrasi dengan Taman Nasional Komodo, kawasan pariwisata Kota Labuan Bajo, serta kawasan pariwisata lainnya.

“Pengembangan kawasan 400 hektare tersebut bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang akan dibagi dalam empat zona,” kata Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina di Labuan Bajo, Senin (30/8/2021).

Pada Perpres No 32 Tahun 2018 telah mengatur perubahan status dan pemanfaatan 400 hektar hutan Bowosie. Dari 400 hektar lahan tersebut, sebanyak 135,22 hektare telah ditetapkan izin prinsip dan dispensasi pembangunannya sebagai bagian dari proses pelepasan kawasan hutan untuk areal penggunaan lain (APL) yang dikelola BPOLBF.

Sedangkan sebagian lainnya yaitu, seluas 264 hektare dalam proses izin Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan-Pemanfaatan Jasa Lingkungan (PBPH-JL).

Pembangunan kawasan mengedepankan prinsip berkelanjutan sesuai peraturan perundangan dengan luas area terbangun 10 persen untuk area PBPH-JL dan 17 persen untuk area APL.

Empat zona

Adapun empat zona tersebut meliputi zona budaya (cultural district), zona santai (leisure district), zona alam (wildlife district), dan zona petualangan (adventure district).

Baca Juga: Menparekraf Sandiaga Uno: Kami sedang Menyusun Rencana Induk Pariwisata Terpadu Labuan Bajo

Pada zona zona budaya (cultural district) seluas 114,73 hektar akan dikembangkan beragam atraksi dan fasilitas destinasi seperti pusat budaya, pusat penelitian pariwisata, hotel, galeri bajo 360 derajat, kampung UMKM, dan atraksi lain yang ikut mendukung pariwisata.

Kemudian, lahan 6,79 hektar dari 63,59 hektar zona santai (leisure district) akan digunakan untuk program pembangunan resor khusus, kapel, bukit doa, hingga area untuk hiking di hutan.

Lalu, lahan 10,2 hektar pada 89,25 hektar lahan untuk zona alam (wildlife district) akan digunakan untuk membangun restoran, kebun binatang mini, outdoor teater, dan balai observasi alam.

Serta, lahan 10,2 hektar pada lahan 132,43 hektar untuk zona petualangan (adventure district) akan dibangun hotel, penginapan glamping, area wisata goa, sarana transportasi seperti kereta gantung, ruang hijau publik, dan jalur sepeda lintas hutan.

Shana mengatakan pengembangan kawasan otorita pariwisata BPOLBF di area hutan produksi masuk dalam prinsip keberlanjutan lingkungan hidup.

Hal itu mengacu pada rencana pembangunan yang mana ditetapkan koefisien dasar bangunan dan luas area terbangun sangat rendah di setiap zona guna tetap mendukung fungsi ekologi kawasan hutan tersebut.

Pembangunan kawasan pariwisata otorita BPOLBF juga telah sesuai dengan amanah presiden yang direncanakan sebagai gerbang kawasan Flores dengan menunjukan keunikan budaya dan kondisi alamiah yang terjaga dari visi pariwisata berkualitas Labuan Bajo Flores.

 “Dalam pengembangan kawasan otorita, kami melakukan studi hidrogeologi terpadu dan analisis dampak lingkungan sehingga kita bersama-sama bisa menjamin kelestarian 10 mata air yang ada tidak akan mengganggu suplai untuk warga lokal,” terangnya.

Ia juga menyampaikan, BPOLBF telah berkoordinasi dengan pihak-pihak ahli untuk bisa memanfaatkan dan menjalankan perpres ini dengan prinsip pembangunan berkelanjutan sehingga kelestarian lingkungan terjaga dan dampaknya bisa dirasakan warga lokal.

Baca Juga: Kebakaran Hebat Melanda Sabana Taman Nasional Komodo, Ini Kata BTNK

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU