> >

Transaksi Kripto di Indonesia Naik 400 Persen, Penggunanya Naik 3,6 Juta

Ekonomi dan bisnis | 28 Mei 2021, 13:08 WIB
Ilustrasi mata uang Bitcoin. (Sumber: Onov3056, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Indrasari Wisnu Wardhana menyebut, transaksi mata uang kripto semakin diminati di Indonesia. Berdasarkan hitungan Bappebti, sepanjang 2020 transaksi kripto tercatat sebesar Rp64,8 triliun.

Sementara di tahun ini, selama 4 bukan pertama saja yaitu dari Januari-April nilai transaksi kripto sudah mencapai Rp237 triliun.

"Jadi 4 bulan pertama sudah 400 persen, " kata Indrasari kepada media, Kamis (27/05/2021).

Peningkatan signifikan juga terjadi dari sisi penggunanya. Dari sebesar 2 juta pengguna tahun lalu, menjadi 5,6 juta per April 2021.

Baca Juga: Harga Kripto Berguguran, Investor Harus Apa?

Bappebti sendiri punya pandangan berbeda tentang kripto. Jika banyak yang menilai mata uang kripto hanya sekedar spekulasi karena tidak ada underlying asset-nya, Bappebti tetap melihatnya sebagai investasi.

Menurut Indrasari, underlying asset Bitcoin dan yang lainnya bisa dihitung. Yaitu dengan menghitung tiga unsur utama dalam menambang Bitcoin. Yakni listrik, komputer, dan aplikasi.

"Untuk mendapatkan 300 Bitcoin selama setahun dibutuhkan listrik hingga 20.000 MW. Tentunya listrik sebesar itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, " ujar Indrasari.

Apalagi, biaya menambang Bitcoin saat ini kian mahal dibanding awal kemunculannya. Dari 21 juta Bitcoin, sudah 18,7 juta yang ditambang. Sehingga sisanya tinggal 2,3 juta dan membuat nilai Bitcoin semakin tinggi.

Baca Juga: Apa itu Uang Kripto dan Bitcoin?

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU