> >

Guru Besar IPB: Kalau Pakai Data BPS, Harusnya Pemerintah Tak Impor Beras di Bulan Maret

Kebijakan | 18 Maret 2021, 06:45 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Dirut Bulog Budi Waseso di Gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (18/3/2020). (Sumber: Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai, keputusan pemerintah untuk mengimpor beras berdasarkan informasi yang salah. Sehingga keputusan yang dihasilkan memicu protes publik.

"Saya tidak tahu informasi seperti apa yang diterima Kemenko Perekonomian. Tapi katanya di sana (Kemenko Perekonomian) dunia akan mengalami krisis pangan pada 2021. Makanya kita harus siap. Jangan nunggu saat butuh baru kelabakan," kata Andreas saat diwawancara Kompas.TV, Rabu (17/03/2021).

Menurut Andreas, kalau pemerintah menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS), seharusnya tidak akan ada keputusan impor di bulan Maret.

Data BPS menyebutkan, ada peningkatan produksi gabah sebesar 26,9% di kuartal I tahun ini, atau sebanyak 3,4 juta ton gabah setara beras.

Baca Juga: Lebih dari 300 Ribu Ton Beras Impor Rusak di Gudang Bulog

"Saya 100% percaya BPS. Data BPS sekarang itu sudah bagus dengan metode yang dipakai sangat bisa diandalkan, " ujar Dwi Andreas yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) ini.

AB2TI setiap bulan selalu melakukan survei harga gabah di tingkat usaha atau sentra produksi padi. Akhir 2020 lalu, harga gabah di tingkat usaha sebesar Rp 4.800/kg dan terus menurun hingga Februari 2021. AB2TI memproyeksi, harga gabah di bulan Maret akan anjlok ke level Rp 3.600/kg.

Harga gabah yang terus turun adalah akibat banyaknya pasokan di akhir 2020. Surplus yang menjadi stok awal 2021, ditambah peningkatan produksi padi, hingga akhirnya harga gabah terus merosot.

Baca Juga: Ridwan Kamil: Daripada Impor, Mending Beli Beras Jabar yang Surplus

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengakui perihal surplus beras di tanah air.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU