> >

Pandemi, Momentum Emas E-commerce, Logistik dan Pergudangan

Ekonomi dan bisnis | 24 Februari 2021, 10:10 WIB
Ilustrasi: kapal logistik barang. (Sumber: KOMPAS.COM/SHUTTERSTOCK)

Cara kerja Shipper sangat solutif, karena menyediakan platform layanan perbandingan harga dari berbagai penyedia jasa logistik di Indonesia, penjemputan barang, tracking barang, hingga fungsi customer service seperti proses klaim jika ada barang yang hilang dan kini berkembang ke jasa pergudangan. Semua layanan ini dapat dinikmati secara digital.

“Shipper berinovasi dalam menciptakan suatu layanan aggregator dimana pelanggan “bebas memilih” layanan logistik yang mereka perlukan”, ujar Budi Handoko, salah satu pendiri atau co-founder Shipper Indonesia.

Ide awal dari layanan ini berangkat ketika Budi ingin mengirim barang pada tahun 2015. Ternyata, perkara kirim barang bukan urusan sederhana pada masa itu. Sekarang, dengan menggunakan layanan Shipper, para pelaku usaha yang menjadi kliennya tidak perlu lagi repot-repot mengurusi printilan pengiriman barang.

Sebagai gambaran, ia mencontohkan, tanpa layanan Shipper, pelaku usaha harus berhubungan dengan banyak jasa ekspedisi secara manual dan sulit sekali untuk mendapatkan transparansi harga pengiriman. Tak jarang, mereka harus menunggu atau mengantre di beberapa perusahaan jasa ekspedisi yang berbeda-beda.

Tetapi lewat layanan Shipper, para pelaku usaha baik kecil maupun besar, khususnya pelaku usaha online, tidak perlu berhubungan dengan banyak perusahaan logistik atau ekspedisi. Shipper telah bekerjasama dengan cukup banyak perusahaan ekspedisi sehingga proses pick-up barang bisa dilakukan sekaligus oleh jaringan mitra Shipper.

Co-founder dan COO Shipper Budi Handoko yang juga lulusan University of Wollongong, Australia, memanfaatkan prinsip sharing economy dengan menerapkan model bisnis revenue sharing dari para mitra penyedia jasa logistik.  “Shipper mengutamakan kolaborasi dengan para mitra pemilik aset logistik secara win-win solution, semangat kami adalah berkolaborasi dengan membangun jaringan logistik dan tidak berkompetisi dengan penyedia jasa logistik yang telah ada”, pungkas Budi.

Dari ide cemerlang inilah, Shipper tergabung dalam Y Combinator (YC) yang merupakan program akselerasi start-up kenamaan dunia asal Mountain View Amerika Serikat. Jika Anda penonton drama Korea "Start-up" perjuangan Shipper bisa jadi mirip-mirip.

“Orang-orang di YC itu semuanya entrepreneur. Dengan bergabung di program itu kita makin banyak dikenal oleh mitra dan investor. Ini kesempatan bagi kami untuk memvalidasi bisnis kepada top entrepreneurs. Di sana kami belajar untuk melihat peluang dan membangun bisnis dengan sangat efisien dan efektif,” jelas Budi, bangga.

Sebelum kembali ke Indonesia dan membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang, pria 42 tahun kelahiran Singkawang ini pernah bekerja sebagai Engineering Lead Geckowebs Internet Services. Ia juga pernah mendirikan OCash (Online Cash) di Australia, 2011-12. Saat kembali ke Indonesia, ia pernah bekerja di PT Qareer Harapan Asia (Qerja.com), sebuah perusahaan rintisan juga, pada 2015-16 sebagai Head of Strategy. “Setelah itu, saya mendirikan Shipper Indonesia ini dengan modal sendiri sekitar Rp 300 juta,” ujarnya.

Baca Juga: Tol Cipali Ambles, Logistik Sembako Terhambat

Kembali ke cerita program akselerasi start-up, YC rupanya memberikan dampak yang sangat signifikan pada Shipper. Menurut Budi, pasca program itu, rintisannya memiliki lebih banyak referensi mengenai bisnis serupa di luar negeri. Ini penting digunakan untuk studi banding maupun kesempatan perluasan kemitraan. Kesempatan bergabung di program akselerasi tersebut juga membuat start-up lebih banyak dikenal, tidak sekadar level nasional tapi juga internasional.

Implementasinya adalah dengan memotret permintaan dan tren pasar internasional, Shipper juga senantiasa berkolaborasi dengan perusahaan logistik yang melayani ekspedisi internasional seperti DPEX. Dari "local go global" dibuktikan dengan nyata.

Dengan perkembangan bisnis yang pesat selama 3 tahun terakhir, Shipper Indonesia adalah salah satu dari tiga perusahaan teknologi dari Indonesia yang masuk ke dalam daftar Y Combinator Top Companies 2021 yang dirilis baru-baru ini. Saat ini Shipper telah beroperasi di lebih dari 30 kota di Indonesia, menangani lebih dari 400 ribu meter persegi lahan pergudangan, didukung oleh lebih dari 1.900 tenaga kerja profesional, dan bekerja sama dengan lebih dari 40 mitra logistik ternama.

Saatnya Start-Up Ekspansi

Bagaimana lika-liku logistik selama pandemi Covid-19 mengimpit? "Ada 2,5 juta pelaku usaha UMKM berpindah ke sistem online, secara otomatis mereka memerlukan layanan logistik yang terintegrasi, terjangkau dari sisi biaya, dan simpel," jelas Budi.

Kenaikkan e-commerce memang tak terbendung saat pandemi. Pemain logistik akan kebanjiran order, artinya saat inilah momentum investor mengambil kesempatan menambah pendanaan atau masuk ke start-up logistik. Selain nilai pasar yang besar, bisnis logistik di Indonesia juga memiliki potensi pertumbuhan yang besar di masa depan.

Tahun lalu, tepatnya Juni 2020, Shipper mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Tidak disebutkan nilai yang diperoleh, investasi ini dipimpin oleh Prosus Ventures (sebelumnya Naspers Ventures) dengan dukungan Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, dan AC Ventures.

Pendanaan yang diperoleh berdampak nyata  terhadap lapangan-lapangan pekerjaan baru yang akan tercipta. Terutama di masa-masa ekonomi sulit seperti ini. Jika sektor lain harus mengurangi jumlah pekerja, layanan logistik justru berpeluang sebaliknya. Menjadi solusi dan berkontribusi menekan angka pengangguran serta meningkatkan daya saing bagi jutaan UMKM di Indonesia.

Penulis : Dyah-Megasari

Sumber : Kompas TV


TERBARU