> >

WHO Sebut Jumlah Kematian Tak Langsung Covid Indonesia Tertinggi Ketiga, di bawah India dan Rusia

Bbc indonesia | 6 Mei 2022, 20:49 WIB
Suasana pemakaman Covid-19 di TPU Bambu Apus, Kamis (27/1/22). (Sumber: Kompas.tv/HASYA NINDITA)

Pandemi Covid menyebabkan kematian hampir 15 juta orang di seluruh dunia, menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.

Jumlah ini lebih tinggi 13% dibandingkan yang diperkirakan dalam lebih dua tahun ini.

WHO meyakini banyak negara yang penghitungannya tidak menyeluruh terkait korban meninggal, dengan sekitar 5,4 juta orang yang dilaporkan meninggal.

Penghitungan yang dilakukan oleh WHO disebut excess death - jumlah orang meninggal yang melampaui angka kematian rata-rata di sebuah wilayah sebelum pandemi.

Penghitungan ini juga mencakup kematian yang tidak langsung disebabkan Covid. Misalnya orang yang tak bisa masuk rumah sakit karena rumah sakit penuh akibat pasien Covid. Jumlah ini juga mencakup wilayah yang pencatatan kematiannya buruk dan jumlah tes tak memadai pada awal terjadi pandemi.

Laporan baru WHO dengan penghitungan itu menunjukkan beberapa negara mencatat lebih banyak kematian, di atas data kematian rata-rata dibandingkan Amerika Serikat dalam dua tahun terakhir.

Data kematian di AS akibat Covid mendekati satu juta, angka tertinggi di dunia, namun dengan penghitungan seperti itu, AS bukan negara dengan angka kematian tertinggi, walau tetap masuk lima besar.

Menurut WHO, pada 2020 dan 2021, AS mencatat lebih dari 930.000 excess death, di bawah India (4,7 juta), Rusia (1,1 juta) dan Indonesia (1 juta).

Data WHO ini konsisten dengan statistik dari Economist yang menghitung data sampai 2022, dan juga studi excess death lain.

Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk, posisi AS semakin turun dengan 140 excess death atau kematian tak langsung per 100.000 orang. Namun angka ini jauh di atas rata-rata global 96 per 100.000.

Baca juga:

Bagaimana dengan angka kematian langsung akibat Covid?

AS mencatat angka kematian paling tinggi di dunia, lebih dari 300.000 lebih banyak dibandingkan Brasil.

Namun bila dihitung per kapita, AS berada di bawah Brasil dan Peru, sementara Indonesia di posisi sembilan, di atas India.

Rasio kematian akibat pandemi di Indonesia pada 2020 dan 2021, sebagaimana disebutkan dalam laporan WHO, tujuh kali lipat dari angka yang dilaporkan secara resmi.

Di India, terdapat 4,7 juta kematian akibat Covid, kata WHO, 10 kali lebih tinggi dari angka resmi atau sekitar sepertiga dari angka kematian dunia.

Pemerintah India mempertanyakan perkiraan itu dengan mengatakan mereka "khawatir" tentang metodologinya, namun kajian lain juga memiliki kesimpulan yang sama terkait skala kematian di India.

Menyoal besaran angka kematian dalam pandemi ini, Dr Samira Asma dari departemen data WHO mengatakan "Ini adalah tragedi".

"Ini adalah angka yang mengejutkan dan penting bagi kita untuk menghormati mereka yang tiada, dan kita harus meminta pertanggungjawaban dari para pembuat kebijakan," ujarnya.

"Jika kita tidak menghitung korban meninggal, kita akan kehilangan kesempatan untuk melakukan persiapan lebih baik di masa mendatang."

Selain India, negara-negara dengan jumlah excess death tertinggi mencakup Rusia, Indonesia, Amerika Serikat, Brasil, Meksiko, dan Peru--sebagaimana dilaporkan WHO. Jumlah korban di Rusia bahkan mencapai 3,5 kali lipat jumlah kematian yang dicatat negara tersebut.

Laporan ini juga meninjau tingkat excess death dibandingkan jumlah populasi negara masing-masing. Tingkat kematian di Inggris--seperti AS, Spanyol, dan Jerman, berada di atas rata-rata dunia selama 2020 dan 2021.

Negara-negara dengan angka kematian rendah termasuk China - yang masih mengupayakan kebijakan "nol Covid", menerapkan tes massal dan karantina, Australia yang menerapkan larangan perjalanan, serta Jepang dan Norwegia.

Para akademisi yang membantu menyusun laporan mengakui perkiraan mereka lebih spekulatif di negara-negara sub-Sahara Afrika karena tak banyak data kematian di wilayah itu. Tidak ada statistik yang dapat dipertanggungjawabkan di 41 dari 54 negara di Afrika.

Pakar statistik Prof Jon Wakefield, dari Universitas Seattle, Washington, membantu WHO menyusun laporan. Dia mengatakan kepada BBC, "Kami sangat memerlukan sistem pengumpulan data yang lebih baik."

"Sangat disayangkan tak ada data orang yang meninggal. Jadi kita sangat perlu berinvestasi dalam sistem pendataan negara, sehingga kita bisa mendapatkan data yang akurat," katanya.

 

Penulis : Redaksi-Kompas-TV

Sumber : BBC


TERBARU