> >

Museum Holokos di Minahasa: Apa yang Jadi Keberatan, Zionisme atau Yudaisme?

Bbc indonesia | 4 Februari 2022, 20:18 WIB
Museum Holokos berada di samping Sinagoge Shaar Hasyamayim, di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Di halaman tepatnya di depan bangunan terlihat karangan bungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa dan dua mobil minibus terparkir, Kamis (3/2/2022) pukul 13.52 Wita. (Sumber: KOMPAS.com/SKIVO MARCELINO MANDEY)

Yakoov juga menegaskan, pihaknya "tidak mengendorse negara asing atau untuk kepentingan asing".

"Semuanya dalam bingkai NKRI, di mana Konstitusi kita menentang segala bentuk penjajahan, termasuk kita belajar dari penjajahan Nazi di Eropa," jelasnya.

'Menambah koleksi artefak holokos'

Saat diresmikan pada Kamis, 27 Januari 2022, museum seluas enam kali empat meter itu menampilkan foto-foto terkait genosida atas orang-orang Yahudi di Eropa oleh Nazi Jerman.

Koleksi foto-foto ini diakui oleh pengelola museum di Minahasa dipinjam dari Museum Genosida di Yerusalem, Israel.

"Karena museum genosida di AS dan Eropa tidak mau meminjamkannya," akunya.

Ke depan, pengelola museum juga berencana akan menambah koleksi dengan berbagai artefak holokos yang diperoleh dari perorangan atau komunitas.

Ini artinya keberadaan museum itu akan terus berlanjut, dan jelas bertolak belakang dengan keinginan sejumlah pimpinan Majelis Ulama Indonesia, MUI, pusat, yang menuntut agar Museum Holokos dirobohkan.

Apa alasan penolakan MUI atas Museum Holokos?

Kepada BBC News Indonesia, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI pusat, Muhyiddin Junaidi, mengatakan pihaknya menganggap keberadaan Museum Holokos dI Minahasa itu tidak ada urgensinya.

"Sudah jelas data pendukung di lapangan menunjukkan tidak ada keluarga Yahudi di Indonesia yang jumlahnya signifikan," kata Muhyidin.

Dia juga menganggap pembangunan museum ini merupakan "pintu masuk" untuk mengampanyekan pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel.

"Yang dilakukan oleh pendukung-pendukung zionisme di dunia adalah bagaimana Indonesia bisa mengikuti sikap negara-negara muslim Arab untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel," katanya.

"Dengan berbagai cara, dengan pembangunan ini, pembangunan itu. Itu semua orang sudah paham," tambah Muhyidin.

"Oleh karena itu dirobohkan saja museum holokos yang nggak ada manfaat bagi kita," tandasnya.

Tentu saja tidak semua sependapat dengan tuntutan pembongkaran bangunan museum.

Sebagian politikus di Jakarta berpendapat mereka sepakat bahwa kekejaman holokos jangan sampai terulang, namun menolak pendirian museum itu dikaitkan dengan Israel.

Sejauh ini belum ada pernyataan dari pemerintah pusat atas polemik keberadaan Museum Holokos di Minahasa, Sulawesi Utara.

Namun pemerintah Indonesia berulangkali menegaskan tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel selama negara itu tidak mengakui kedaulatan Palestina.

Israel sendiri telah seringkali menyampaikan keinginannya untuk menjalin hubungan dengan Indonesia.

Baca juga:

Perlu dibangun ruang perjumpaan antaragama

Achmad Nurcholish, salah-seorang pimpinan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) menganggap polemik tajam atas keberadaan museum holokos tidak terlepas kenyataan bahwa sebagian masyarakat di Indonesia masih beragama di level "eksklusif".

"Kita hidup beragama masih di level eksklusif, yang masih dihinggapi kecurigaan, prasangka. Ini persoalan pola pikir," kata Nurcholish kepada BBC News Indonesia, Kamis (03/02)

"Kita belum beranjak ke level inklusif dan bahkan pluralis," tambahnya.

Nucholish juga menganggap, sikap yang ditunjukkan sebagian pimpinan MUI terhadap keberadaan Museum Holokos itu menunjukkan mereka belum siap menerima perbedaan.

"Seolah-olah dianggap ada agenda tersembunyi. Padahal pendirian museum itu hak ditujukan untuk menunjukkan kejahatan Nazi," ujarnya.

Dia kemudian mengusulkan agar semakin banyak dibuka ruang perjumpaan atau dialog antarumat beragama, sehingga kecurigaan dapat dikurangi.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : BBC


TERBARU