> >

B20 Indonesia Dorong Pemberdayaan Gender dalam Perdagangan Internasional

Advertorial | 9 Juni 2022, 15:27 WIB
Roundtable Luncheon bertemakan Memajukan Pemberdayaan Ekonomi Gender melalui Perdagangan Internasional di Jakarta (6/6/2022). (Sumber: Dok. Kadin Indonesia)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Presidensi B20 Indonesia bekerja sama dengan Departemen Perdagangan Amerika Serikat (U.S Trade of Commerce) menggelar Roundtable Luncheon bertemakan “Memajukan Pemberdayaan Ekonomi Gender melalui Perdagangan Internasional" di Jakarta (6/6/2022).

Acara ini dihadiri Director US Trade and Development Agency Enoh T. Ebong dan Pamela Phan, Wakil Asisten Sekretaris untuk Asia, US Trade of Commerce bersama delegasi Departemen Perdagangan US yang sedang melakukan kunjungan bisnis ke Indonesia.

Selain dihadiri Ketua Penyelenggara B20 Indonesia Shinta Kamdani yang juga WKU Bidang Kemaritiman, Investasi dan Luar Negeri Kadin Indonesia, forum ini juga menghadirkan sejumlah pemimpin bisnis perempuan dari perusahaan terkemuka di Indonesia.

Beberapa diantaranya adalah Friderica Widyasari (Komisioner OJK), Neneng Goenadi (Country Managing Director at Grab Indonesia), Febriany Eddy (CEO of PT. Vale Indonesia TbK), Christin Djuarto (Executive Director of Shopee Indonesia), Parwati Surjaudaja (President Director of Bank OCBC NISP), dan Dian Siswarini (President Director of XL Axiata).

Menurut Shinta, forum diskusi ini digelar untuk mendiskusikan mengenai persoalan kesenjangan gender dalam dunia bisnis, perdagangan dan entrepreneurship, terutama di Indonesia.

Tak dapat dipungkiri, saat ini peran perempuan dalam ekonomi masih belum mendapat posisi yang setara dengan kolega laki-laki.

Baca Juga: Ketua B20 Indonesia: Isu Prioritas G20-B20 Indonesia Jadi Bahasan Utama WEF 2022

Pandangan yang bias gender tersebut sangat mendominasi dunia bisnis di tanah air dan Asia pada umumnya.

Shinta mengatakan, diskusi ini ingin mendorong peran dan pelibatan perempuan dalam bisnis dan perdagangan global secara lebih masif dan mengatasi persoalan kesenjangan gender yang selama ini mendominasi dunia bisnis global.

"Hal ini dilakukan untuk membangun pertumbuhan masa depan yang lebih adil dan inklusif,” kata Shinta yang juga CEO Sintesa Group ini.

Shinta juga mengatakan B20 Indonesia akan menyuarakan prinsip inklusivitas dan kesetaraan dalam membentuk arah pemulihan ekonomi global, serta pemberdayaan perempuan di Indonesia dan negara-negara berkembang.

 

Hal itu disoroti karena rendahnya keterwakilan perempuan dalam ekonomi global dan kepemimpinan bisnis merupakan permasalahan yang rumit.

Lebih lanjut, para pemimpin bisnis pada kesempatan ini juga mengutarakan inisiatif yang telah dilakukan untuk menutup kesenjangan peran perempuan dan laki-laki pada perusahaan yang mereka pimpin.

Febriyani Eddy, CEO PT. Vale Indonesia Tbk menyatakan upaya pemberdayaan perempuan di industri pertambangan telah dilakukan untuk menuju pertambangan yang berkesinambungan.

Upaya yang dilakukan oleh PT. Vale Indonesia Tbk adalah melalui program sponsorship serta program afirmasi untuk mempersiapkan karyawan perempuan menduduki jabatan strategis perusahaan.

Noni Purnomo, Presiden Direktur PT. Blue Bird Tbk menyampaikan tantangan menambah pengemudi perempuan.

Berbagai upaya menarik minat perempuan menjadi bagian dari pengemudi armada perusahaan taksi terbesar di Indonesia ini telah dilakukan, salah satunya dengan memperhatikan perbedaan kebutuhan antara pengemudi laki-laki dan perempuan.

Hal ini diharapkan dapat menjamin ketenangan dan keamanan bagi semua pengemudi Blue Bird di lapangan.

Berdasarkan data World Trade Organization (WTO), perusahaan yang terlibat di dalam perdagangan internasional lebih banyak membayar pekerja perempuan. Selain itu, pekerja yang dimiliki sekitar 33 persen lebih banyak.

Menurut Bank Dunia, perempuan memiliki 23 persen usaha mikro dan kecil yang angkanya meningkat setiap tahun. Perdagangan juga menciptakan pekerjaan yang lebih baik untuk perempuan.

Sebagai contoh, pekerja perempuan di negara maju dan berkembang hampir 50 persen lebih mungkin dipekerjakan di posisi formal jika mereka bekerja di industri yang berorientasi pada ekspor dan masuk ke dalam rantai-rantai nilai global.

Hal ini sejalan dengan riset OECD dan ILO yang mengatakan, sekitar 2 miliar orang (lebih dari 61 persen penduduk dunia yang bekerja) berada dalam pekerjaan informal yang sangat rentan dan tinggi risikonya.

Shinta Kamdani, Ketua Penyelenggara B20 Indonesia yang juga WKU Bidang Kemaritiman, Investasi dan Luar Negeri Kadin Indonesia (Sumber: Dok. Kadin Indonesia)

Secara global, 28 persen pekerja informal perempuan adalah pekerja rumah tangga, dibandingkan dengan 8,7 persen untuk laki-laki dan dari angka itu, 14 persen perempuan yang bekerja di sektor informal bekerja kurang dari 20 jam seminggu. Kerentanan itu semakin tinggi dalam situasi pandemi.

Survei International Trade Center tentang dampak Covid-19 di kalangan bisnis di 136 negara menunjukkan bahwa usaha mikro yang dipimpin perempuan 27 persen lebih mungkin untuk tidak selamat dari pandemi.

Hal ini terkait dengan akses permodalan yang sulit didapat hingga sulitnya melakukan transaksi penjualan di tengah pembatasan sosial saat pandemi.

Kendati begitu, penelitian Power of Parity dari Mckinsey Global Institute yang memetakan 15 indikator gender di 95 negara memperlihatkan adanya kemajuan di Indonesia terkait kesetaraan gender.

Indonesia disebut membawa lebih banyak perempuan ke dunia kerja dan penyumbang terbesar bagi kesetaraan gender.

Perempuan membentuk sekitar 39 persen dari angkatan kerja Indonesia, meningkat dari 2014 hingga 2019 dan sedikit di atas rata-rata 38 persen untuk 95 negara yang diteliti.

Pada kesempatan ini, Friderica Widyasari selaku Komisioner OJK menyampaikan pentingnya program literasi finansial untuk mendukung pengusaha perempuan mengakses pasar modal.

Penulis : Adv-Team

Sumber : Kompas TV


TERBARU