> >

Haul Gus Dur Ke-12: Bangkit Bersama dengan Bahagia

Advertorial | 4 Januari 2022, 13:09 WIB
Putri kedua sekaligus Ketua Panitia Haul Gus Dur ke-12, Yenny Wahid. (Sumber: Tangkapan layar Youtube TVNU)

Budayawan sekaligus penulis buku Jejak Guru Bangsa, M. Sobary menuturkan, bagi Gus Dur yang juga dikenal dengan nama Ad-Dakhil atau “Sang Penakluk”, humor merupakan jalan keluar persoalan.

Namun bagi orang-orang mapan yang bercokol dalam Orde Baru saat itu, humor Gus Dur dianggap sebagai ancaman dan pemberontakan.

Humor itu lah yang kini dianggap hilang. Sobary menilai, selepas kepergian Gus Dur, sulit mencari orang yang dapat menggantikan sosoknya.

“Sekarang ini kita agak lupa. Dunia politik keagamaan dikuasai orang-orang yang tidak bisa tertawa. Saya merasa jenuh dan kita rindu pada Gus Dur yang menghadapi persoalan seserius apa pun selalu ada tertawanya,” ucap Sobary.

Baca Juga: Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf: Mari Kita Bangun Gerakan Menghidupkan Gus Dur

Dalam perjalanannya, Gus Dur dikenang sebagai pejuang hak untuk kaum terpinggirkan dan minoritas yang tertindas. Dengan demikian, Gus Dur dikenal sebagia “Bapak” dari banyak kelompok.

Perjuangan Gus Dur dalam memberikan kesetaraan, menjunjung tinggi toleransi, dan mempererat kesatuan kemudian menjadi bagian dari tonggak sejarah Indonesia.

Hal ini sejalan dengan salah satu kutipan Gus Dur, “Humor itu mungkin tidak bisa menghancurkan satu rezim, tetapi bisa membantu membusukkan suatu rezim.”

Kritis pada kekuasaan yang dilakukan oleh Gus Dur tetap berpijak untuk kemaslahatan umat. Kritik disampaikan dengan jenaka, sehingga tak heran banyak musuh politik Gus Dur yang akhirnya menjadi dekat.

Ini lah yang kemudian ingin kembali dihidupkan. Meski telah tiada, sembilan nilai Gus Dur, yaitu ketauhidan; kemanusiaan; keadilan; kesetaraan; pembebasan; kesederhanaan; persaudaraan; kesatriaan; dan kearifan, masih sangat relevan sehingga perlu diteruskan.

Apa yang diusung oleh Gus Dur, menurut keluarga, merupakan nilai yang universal dan masih relevan hingga sekarang.

Oleh sebab itu lah Haul Gus Dur diperingati setiap tahun. Putri bungsu Gus Dur, Inayah Wahid menegaskan, Haul Gus Dur semata-mata bukan hanya mengingat kepergian Gus Dur, tetapi juga menjadi pengingat bagi yang hidup untuk meneruskan perjuangannya.

“Haul itu seyogyanya bukan hanya untuk apa namanya memperingati meninggalnya seseorang, tapi bagaimana seseorang itu hidup dan kemudian dijadikan inspirasi untuk kemudian diteruskan,” ucapnya.

Baca Juga: Mengenang KH Abdurrahman Wahid, Benny Susetyo: Gus Dur Selalu Total Jaga Perdamaian

Dalam kesempatan yang sama, santri dan kader Gus Dur, Gus Imron Rosyadi Hamid memberikan kesaksian tentang Gus Dur yang mereka kenal.

“Humor Gus Dur mencari solusi atas problem bangsa yang bisa menurunkan ketegangan-ketegangan. Ungkapan ‘gitu saja kok repot’ adalah bagian dari cara beliau untuk melakukan resolusi konflik tanpa mengurangi esensi dari pikiran-pikiran beliau,” jelasnya.

Ketua PBNU Gus Yahya yang turut hadir di Ciganjur mengajak semua orang meneruskan nilai-nilai Gus Dur. Meski Gus Dur telah tiada, perjuangannya dalam menegakkan kemanusiaan dan mengembalikan NU ke fitrah harus tetap hidup.

“Idealisme Gus Dur adalah idealisme kemanusiaan inklusif dan universal, bahwa kita sebagai manusia harus berpihak keapda manusia tanpa terkecuali tanpa latar belakang apa pun. Kita punya peluang untuk menghadirkan kembali apa yang dulu dihadirkan Gus Dur apabila mengupayakannya bersama,” terang Gus Yahya.

“Kalau tidak ada satu orang pun yang bisa menggantikan Gus Dur, mari sediakan seribu orang unutk bekerja seperti Gus Dur. Kalau belum cukup, kita hadirkan sejuta. Kalau belum cukup, kita ajak seluruh umat manusia,” pungkasnya.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU