> >

Konferensi Ke-15 UNCTAD Dorong Kebijakan Inklusif dan Berkelanjutan dari Para Pemimpin Dunia

Advertorial | 6 Oktober 2021, 09:54 WIB
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), António Guterres saat menyampaikan pidato di Barbados, Senin (4/10/2021). (Sumber: Youtube/UNCTADOnline)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Mengangkat tema "From Inequality and Vulnerability to Prosperity for All", Konferensi Tingkat Menteri (KTM) United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) diselenggarakan Pemerintah Barbados dari tanggal 4 hingga 7 Oktober 2021.

Sesi ke-15 KTM UNCTAD atau UNCTAD15 resmi digelar, ditandai dengan Opening Ceremony & Plenary yang berlangsung secara hybrid pada Senin, (4/10/2021).

Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangas-Bangas (PBB), António Guterres menyampaikan pekerjaan mendesak yang diperlukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi global dan membantu semua negara, khususnya negara-negara berkembang, untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals / SDGs).

“Saya memiliki kesempatan membangunkan para pemimpin dunia untuk bertindak mengatasi krisis yang kita hadapi, yaitu kemiskinan dan ketidaksetaraan gender; konflik dan perubahan iklim; degradasi lingkungan dan bencana alam, ketidakpercayaan dan perpecahan; dan pandemi Covid-19 yang telah merenggut hampir 5 juta jiwa hingga saat ini,” serunya saat menyampaikan pidato di Barbados.

Guterres menyebutkan, pandemi telah membuat jutaan pekerjaan hilang dan perlindungan sosial di luar jangkauan.

“Secara keseluruhan, lebih dari 8 dari setiap 10 dolar dalam investasi pemulihan dihabiskan di negara-negara maju, bukan di negara-negara yang paling membutuhkan. Pemulihan ini tidak merata,” ungkapnya.

Baca Juga: Diskusi Pre-Event KTM UNCTAD ke-15 Soroti Isu Komoditas hingga Infrastruktur Digital

Gutteres mendesak negara-negara untuk membuat komitmen yang lebih berani pada KTT iklim PBB (COP26).

Ia juga menyerukan agar para donor dan bank pembangunan multilateral untuk mengalokasikan setidaknya 50 persen dari dana penanggunalan perubahan iklim untuk mendukung adaptasi dan menciptakan ketahanan.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang telah lama dibangun, lanjut Guterres, memiliki risiko tidak tercapai sehingga KTM ke-15 UNCTAD diharapkan dapat membalikkan keadaan.

Untuk itu, KTM ke-15 UNCTAD mengajak para pemimpin dunia menganalisis ketidaksetaraan global dan empat tantangan utama yang dihadapi, yaitu beban utang, investasi, perdagangan yang tidak adil, dan darurat iklim yang membuat negara berkembang kepulauan kecil / Small Island Developing States (SIDS) berada di posisi rentan.

“Kita membutuhkan aturan perdagangan yang terbuka dan adil, sehingga semua negara dapat bersaing di lapangan permainan yang setara, terlepas dari posisi mereka di tangga pembangunan,” tegasnya.

Sekretaris Jenderal UNCTAD, Rebeca Grynspan mengatakan, KTM ke-15 UNCTAD ini penting dilakukan untuk membantu negara-negara berkembang untuk pulih dari Covid-19.

"Pertemuan empat tahunan UNCTAD yang ke-15 menandakan betapa pentingnya menangani kebutuhan mendesak terkait perdagangan dan pembangunan di negara-negara berkembang dalam upaya mereka untuk pulih dari krisis Covid-19," kata Sekretaris Jenderal UNCTAD Rebeca Grynspan.

Grynspan juga menyoroti belum meratanya distribusi vaksin, dimana negara maju mulai membicarakan vaksin dosis ketiga sedangkan negara LDCs (least developed countries) baru melakukan vaksinasi pada 2 persen populasi.

Perdana Menteri Barbados, Mia Amor Mottley, menyampaikan harapannya bahwa hasil dari KTM, yaitu Bridgetown Covenant dapat menjadi dasar bagi negara-negara untuk tidak hanya beraksi namun berorientasi hasil untuk dapat mengatasi berbagai masalah global yang mendesak untuk segera diselesaikan.

Sedangkan Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, menyerukan berbagai pihak untuk bekerja bersama dengan solidaritas jika ingin berhasil. Menurutnya tidak ada suatu negara maupun organisasi internasional yang dapat mengatasi berbagai permasalahan jika bekerja sendiri.

Partisipasi Indonesia dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM)

Opening Ceremony & Plenary yang menandai digelarnya rangkaian UNCTAD15, 4 hingga 7 Oktober 2021. (Sumber: Youtube/UNCTADOnline)

KTM ke-15 UNCTAD menawarkan kesempatan kepada 195 negara anggota, termasuk Indonesia, untuk terlibat merancang inovasi baru dalam memastikan pemenuhan kebutuhan perdagangan, keuangan, investasi, dan teknologi di negara-negara berkembang.

Dalam rangkaian acara KTM ini, Indonesia telah berperan aktif pada kegiatan pre-event dengan menjadi pembicara dalam tiga pertemuan, antara lain Kementerian PPN-Bappenas dalam “High-level Policy Dialogue: South Sharing of Policy Experiences for Digital Transformation”, Menteri Komunikasi dan Informatika dalam “High-level Launch of the Digital Economy Report 2021”, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam “High Level Opening Creative Industries and Trade Digitalization Forum”.

Untuk diketahui, KTM ke-14 terakhir diselenggarakan di Nairobi pada tahun 2016. KTM ke-15 yang seharusnya berlangsung tahun 2020 terpaksa diundur tahun ini akibat pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh dunia.

Baca Juga: Peran Aktif Indonesia dalam Rangkaian KTM ke-15 UNCTAD

Presiden Republik Kenya, Uhuru Kenyatta; Perdana Menteri Barbados, Mia Amor Mottley; Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, António Guterres; dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) UNCTAD, Rebeca Grynspan hadir sebagai pembicara inti dalam Upacara Pembukaan dan Pleno KTM ke-15 UNCTAD.

Acara empat tahunan PBB ini merupakan badan pengambilan keputusan tertinggi UNCTAD untuk menetapkan prioritas selama empat tahun ke depan dan merumuskan rekomendasi kebijakan global tentang perdagangan dan pembangunan.

Dalam hal ini, para pemimpin dunia didorong untuk membangun sistem perdagangan yang berkontribusi positif pada pembangunan yang lebih inovatif, inklusif, dan berkelanjutan.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU