Kompas TV advertorial

Seminar Pancasila 2022 BPIP: Kupas Tuntas Lintas Generasi Pidato Bung Karno di Sidang Umum PBB

Kompas.tv - 13 Juli 2022, 14:49 WIB
seminar-pancasila-2022-bpip-kupas-tuntas-lintas-generasi-pidato-bung-karno-di-sidang-umum-pbb
Tangkapan layar seminar Semangat Pancasila untuk Dunia episode perdana dengan judul Relevansi Pidato Soekarno di Sidang Umum PBB tahun 1960: To Build the World a New. (Sumber: Dok. Kompas TV)
Penulis : Adv Team

KOMPAS.TV – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Kompas TV berkolaborasi menyelenggarakan rangkaian Seminar Pancasila 2022.

Rangkaian seminar “Semangat Pancasila untuk Dunia” episode perdana mengangkat judul “Relevansi Pidato Soekarno di Sidang Umum PBB tahun 1960: To Build the World a New”.

Pada 30 September 1960, presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno menyampaikan gagasan di depan para pemimpin negara di PBB. Peristiwa bersejarah 62 tahun silam ini berlangsung di Gedung PBB, New York, Amerika Serikat.

Pidato Bung Karno ’To Build the World a New’ (Membangun Dunia Kembali) berdurasi sekitar 90 menit tersebut menggemparkan dunia pada masa itu.

Bung Karno secara berapi-api dan penuh semangat mengkritik konsep imperialisme dan kolonialisme yang digagas bangsa barat selama berabad-abad. Bung Karno juga menyampaikan dampak kedua sistem itu terhadap keberlangsungan dunia.

Selanjutnya, Bung Karno menguraikan filosofi Pancasila sebagai sebuah pilihan dalam kehidupan bernegara.

Pidato bersejarah Bung Karno inilah yang diangkat menjadi topik utama Seminar Pancasila 2022 episode pertama yang diadakan Selasa, 12 Juli 2022 di Studio 1 Kompas TV.

Baca Juga: BPIP Minta Tindak Tegas Kelompok Penentang Pancasila, Termasuk Khilafatul Muslimin!

Seminar yang dipandu news anchor KompasTV Frisca Clarissa ini diawali sambutan ketua BPIP Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D.

Prof. Yudian memaparkan pentingnya pedoman hidup Pancasila bagi hidup berkebangasaan saat ini. Prof. Yudian juga menegaskan Pancasila berpotensi menjadi kekuatan tersendiri sehingga mampu menjadi contoh bagi negara lain di dunia.

“Bung Karno menunjukkan bahwa tidak boleh ada lagi penjajahan di muka bumi. Di situlah beliau menawarkan Pancasila sebagai ideologi perdamaian dunia. Salah satu kekuatan Pancasila itu ada di konsep gotong royong yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan,” ucap Prof. Yudian mengutip pidato Bung Karno.

Prof. Yudian mengatakan, implementasinya di masa kini, terutama dalam rangkaian kegiatan G20, pemerintahan Indonesia kerap mendapat pujian dari berbagai belahan dunia.

Hal ini menunjukkan Pancasila sebagai dasar negara memiliki kemampuan menjaga stabilitas Indonesia di tengah perubahan dunia. 

Seminar episode perdana ini menghadirkan narasumber inspiratif dari berbagai latar belakang, yaitu Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto, S.Sos., M.sc, Dewan Pakar Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri BPIP RI Darmansjah Djumala, S.E., M.A, sejarawan Bonnie Triyana, S.S., dan aktris Tissa Biani mewakili generasi muda.

Seminar juga dihadiri secara daring oleh Wakil Presiden ke-6 RI Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno serta 300 peserta dari berbagai universitas. Di studio hadir pula sejumlah perwakilan mahasiswa dari Universitas Indonesia, Politeknik Negeri Jakarta, dan Politeknik Kesehatan Jakarta.

Baca Juga: BPIP Periode 2022-2027 akan Lebih Banyak Bumikan Pancasila ke Dunia Milenial

Andi Widjajanto menjabarkan beberapa konteks yang disampaikan Bung Karno tahun 1960 serta korelasinya dengan perjuangan saat ini. Pertama, Bung Karno menegaskan komitmen Indonesia memperjuangkan kemerdekaan semua bangsa dengan bersikap antipenjajahan dan antikolonialisme.

Kedua, Bung Karno mengungkapkan pentingnya kesetaraan antarnegara sehingga tidak boleh ada pemaksaan untuk berpihak. Menurut Andi, Bung Karno pada pidatonya meyakini bahwa Pancasila bersifat universal dengan inti perdamaian.

Oleh karenanya, Pancasila bisa menjadi solusi untuk masalah-masalah yang muncul akibat pertarungan geopolitik antar negara-negara besar.

“Saya melihat sebagian besar yang disampaikan oleh Bung Karno 1960 itu sangat relevan dengan apa yang terjadi sekarang. Sebagai contoh, G20 dengan misi recover together dimana kita berharap pemulihan dari pandemi Covid-19 segera terlaksana,” ujar Andi.

Namun, adanya konflik dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Cina, serta konflik Rusia-Ukraina mengakibatkan pemulihan tidak bisa lekas terjadi.

Menurut Andi, Indonesia sebagai tuan rumah G20 mestinya mampu mewadahi negara-negara tersebut untuk duduk bersama lalu membawa dunia keluar dari krisis karena pandemi Covid-19.

Baca Juga: Momen Presiden Jokowi dan Megawati Berbincang Penuh Senyum di Pelantikan BPIP

Dalam kesempatan sama, Darmansjah Djumala memberikan dua poin penting yang diyakini telah dibawa para Diplomat RI dalam agenda dan pembahasan G20 tahun ini. 

Pertama, multilaterisme yang berkaitan dengan dialog untuk mengadakan musyawarah dan gotong royong. Sesuai dengan nilai Pancasila, musyarawah untuk mufakat dilakukan oleh para diplomat Indonesia untuk mempertemukan berbagai negara dalam satu forum di G20. 

Kedua, potensi krisis pangan dan rantai pasok global akibat isu yang sedang memanas belakangan ini. Dalam isu ini nilai kemanusiaan berperan besar sehingga diperlukan nilai-nilai Pancasila yang mendorong para pemimpin untuk bersatu membahas berbagai permasalahan.

Berangkat dari sisi sejarah, Bonnie Triyana menjelaskan posisi Indonesia dan Presiden Soekarno sehingga mendapat kesempatan berpidato pada sidang PBB tahun 1960 silam.

Pada masa itu, perang dunia baru berakhir sehingga dunia terbagi menjadi beberapa kutub, seperti timur dan barat atau sosialis dan komunis.

Bung Karno tidak hanya mengkritik ideologi yang sedang berlangsung secara tajam, tetapi juga menawarkan solusi untuk mendamaikan dunia pasca Perang Dunia II.

Bung Karno berpendapat, Pancasila dapat menjadi landasan, pedoman, dan pendamping manusia untuk menciptakan perdamaian dalam dunia baru yang lebih baik.

Baca Juga: Dialog Kebangsaan BPIP Angkat Tema Moderasi Beragama

Dari sudut pandang generasi muda, aktris dan pegiat seni Tissa Biani memberikan komentar terkait Pancasila dan Bung Karno. Menurut Tissa, Presiden RI pertama tersebut merupakan role model yang memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa anak muda dapat memberikan perubahan besar.

Karena itu, sebagai salah satu bagian dari generasi muda Tanah Air harus terus memiliki semangat Pancasila untuk melakukan perubahan yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sekretaris Dewan Pengarah BPIP Mayor Jenderal TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya, S.I.P. mengatakan, momen G20 sangat mungkin menjadi ajang menyuarakan kembali dan menyampaikan pidato Bung Karno terkait nilai-nilai positif Pancasila. 

Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno menyampaikan harapan terkait kondisi Indonesia saat ini dan usai G20 berlangsung.

Wakil Presiden RI ke-6 ini secara khusus menyampaikan tanggapannya kepada generasi muda Indonesia yang akan meneruskan perjuangan para pendahulu.

“Saya ingin mengingatkan tentang karakter bangsa masa depan yang perlu dicatat generasi muda. Pertama, harus berketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, memiliki tujuan hidup memiliki tujuan hidup yang berguna bagi pribadi keluarga masyarakat dan bangsanya,” ujar Try Sutrisno.

“Berikutnya, memiliki kejujuran, disiplin, etika, dan kepatuhan hukum yang tangguh. Lalu, memiliki perhatian kepada sains, teknologi, dan informasi serta beriorientasi ke masa depan dan pandai mengatur waktu,” tambahnya.

Baca Juga: Hasil Dialog Kebangsaan BPIP: Deklrarasi Sikap dan Etika Dalam Bermedia Sosial

Diskusi ini menghadirkan sesi tanya jawab, salah satunya datang dari mahasiswa Universitas Indonesia.

Pertanyaan tersebut berkaitan dengan cara menjaga semangat Pancasila dalam diri anak muda zaman sekarang, terutama karena banyaknya perilaku maupun pergaulan yang bertentangan langsung dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. 

Dr. Darmansjah menjelaskan, mempelajari sejarah bangsa sendiri merupakan hal yang penting karena hal itu memegang kunci mengapa sebuah negara bisa bertumbuh maju hingga sekarang.

Melihat kondisi dan keadaan berbagai negara yang sedang hancur karena peperangan, sudah seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia turut mengapreasiasi bahwa Indonesia terus maju dengan semangat gotong-royong karena berpegang teguh pada Pancasila. 

Menjawab pertanyaan lain, Tissa Biani menuturkan pentingnya memilih pergaulan yang baik. Menurut Tissa, pertemanan bisa dibangun secara positif dan berdampak positif pula.

Perbincangan ditutup pembacaan puisi oleh Romo Benny Susetyo dan penampilan Manshur Angklung yang memadukan alat musik angklung dengan musik modern.

Seminar ini nantinya akan ditayangkan secara on air di KompasTV pada Minggu, 17 Juli 2022.

Kehadiran seminar series Pancasila diharapkan dapat menjadi sosialiasi berkualitas dan efektif terkait visi misi BPIP membumikan Pancasila.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x