Kompas TV advertorial

Deepfake App: Pengertian, Cara Kerja, dan Manfaatnya

Kompas.tv - 5 Januari 2022, 16:18 WIB
deepfake-app-pengertian-cara-kerja-dan-manfaatnya
Ilustrasi Deepfake App, aplikasi untuk memanipulasi foto dan video yang semakin populer beberapa waktu belakangan. (Sumber: Feri Agency)
Penulis : Elva Rini

Pernah lihat foto yang memprediksi “tampang” seseorang saat sudah menua di media sosial? Atau hasil rekayasa foto lawas yang bisa bergerak?

Semua ini dibuat dengan deepfake app, yaitu aplikasi untuk memanipulasi foto dan video yang semakin populer beberapa waktu belakangan ini.

Apa itu Deepfake App?

Ilustrasi deepfake app dapat memanipulasi foto agar terlihat nyata. (Sumber: Dok. Feri Agency)

Deepfake sebenarnya adalah bentuk kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang memungkinkan Anda untuk merekayasa foto, video, dan audio sampai terlihat nyata. Secara sederhana, deepfake bekerja dengan menempelkan wajah seseorang yang benar-benar berbeda pada video orang lain.

Untuk membuatnya, dibutuhkan berbagai contoh wajah orang yang videonya ingin direkayasa.

Walaupun terdengar rumit, tapi untuk membuatnya saat ini tak membutuhkan keterampilan tingkat tinggi. Anda cukup download aplikasi deepfake di ponsel untuk membuat konten-konten yang kreatif, unik, dan lucu.

Beberapa aplikasi yang cukup populer lainnya adalah FaceApp, MyHeritage, Deepfake Studio, dan SpeakPic.

Jika ingin tahu lebih banyak mengenai aplikasi deepfake atau informasi lain seputar teknologi paling update, Anda bisa mengunjungi Regendus.

Aplikasi canggih namun berisiko ini sbahkan juga bisa memalsukan audio. Caranya adalah dengan merekam suara orang lain kemudian memasukkannya dalam video sasaran.

Dengan begitu, orang yang tengah berbicara dalam video tersebut bisa saja kedengarannya membahas suatu topik yang justru bertolak-belakang dengan pernyataan aslinya.

Ini karena pelaku cloning audio dapat memasukkan berbagai macam tema rekaman suara sesuai keinginannya.

Cara Kerja Deepfake App

Ilustrasi salah satu aplikasi deepfake, Regendus bahkan bisa memalsukan audio dengan cara merekam suara orang lain kemudian memasukkannya ke dalam video sasaran. (Sumber: Dok. Feri Agency)

Deepfake app bekerja dengan menerapkan sistem algoritma deep learning atau pembelajaran mendalam. Sistem ini bekerja menggunakan struktur jaringan algoritma, yaitu GAN (Generative Adversarial Network).

Sistem inilah yang membuat hasil rekayasa aplikasi deepfake terlihat nyata walaupun sesungguhnya manipulasi.

Generative Adversarial Network  terdiri dari dua jaringan, yaitu generator dan diskriminator. Generator berfungsi untuk menghasilkan manipulasi foto yang terlihat nyata, sementara diskriminator dapat menilai apakah foto tersebut sudah terlihat nyata atau belum.

Terlepas dari canggihnya fitur-fitur yang terdapat dalam aplikasi, tak dapat dimungkiri bahwa deepfake adalah sarana yang dapat dimanfaatkan untuk tindak kejahatan.

Baca Juga: ITS Surabaya Bangun Galeri Riset dan Inovasi Teknologi, Fasilitasi Generasi Muda Mengenal Sains

Salah satunya untuk menyebarkan berita hoaks yang seolah-olah “disampaikan” secara langsung oleh orang yang kompeten.

Selain itu, tak sedikit dari kalangan selebritis maupun masyarakat biasa yang dapat menjadi korban aksi kriminal dengan deepfake. Terutama dalam pembuatan konten pornografi, baik untuk mengeruk keuntungan maupun unsur balas dendam.

Tak sedikit pula oknum tak bertanggung jawab yang memanfaatkan aplikasi ini dalam aksi kejahatan seperti pencurian identitas, blackmail, dan pencemaran nama baik.

Tak tanggung-tanggung, tokoh-tokoh internasional seperti Barack Obama, Emma Watson, Scarlett Johansson, sampai mantan Presiden Trump pernah menjadi korban aplikasi ini.

Manfaat Deepfake App

Ilustrasi penggunaan deepfake pada kemunculan mendiang Paul Walker dalam film Fast and Furious 7 yang urung dibintanginya karena sang aktor tewas kecelakaan. (Sumber: Dok. Feri Agency)

Teknologi memang seperti dua sisi mata pisau, orang bisa mengambil manfaat dari keberadaannya, atau justru menggunakannya untuk merugikan pihak lain. Walaupun cukup kontroversial, manfaat deepfake juga cukup besar.

Dalam industri hiburan contohnya, kita mengenal teknologi deepfake CGI yang dapat “menghidupkan” kembali aktor atau aktris yang telah wafat dalam sebuah film. Contohnya seperti kemunculan mendiang Paul Walker dalam film Fast and Furious 7 yang urung dibintanginya karena sang aktor tewas kecelakaan.

Selain itu Star Wars: The Force Awakens juga berhasil memunculkan kembali mendiang Carrie Fisher.

Contoh deepfake bermanfaat lainnya adalah membantu meningkatkan sales pada industri ritel. Pasalnya, keberadaan teknologi ini memudahkan pelanggan untuk mencoba suatu produk secara virtual. Seperti contohnya pada busana, sepatu, hingga tatanan rambut.

Dengan begitu, calon konsumen akan lebih mantap melakukan pemesanan jika merasa produk incaran memang cocok untuknya.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Tes PCR Teknologi Baru yang Bisa Deteksi Omicron

Teknologi deepfake app berfungsi untuk merekayasa foto, video, dan audio dengan memasukkan unsur-unsur sesuai keinginan pembuatnya. Kecerdasan buatan ini memiliki manfaat dan risiko yang sama besarnya.

Pasalnya, deepfake sangat berpotensi menjadi alat tindak kejahatan, tetapi juga mempunyai manfaat besar, terutama dalam industri hiburan dan retail.

Walaupun terlihat sangat canggih, namun deepfake tetap dapat dideteksi oleh mereka yang tidak mudah percaya sebuah konten. Caranya adalah dengan mencermati warna kulit, bentuk wajah, dan model rambut dalam suatu video yang kamu curigai sebagai deepfake.

Konten-konten palsu demikian ini umumnya tak terlihat alami, terbukti dari kedipan mata yang berlebihan.

Memang sudah ada teknologi untuk mendeteksi konten-konten rekayasa saat ini, namun akurasinya masih dipertanyakan, sementara deepfake masih terus berkembang.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x