Kompas TV video internasional

Macron: Sekularisme Tak Pernah Membunuh Siapa Pun

Kompas.tv - 1 November 2020, 14:44 WIB
Penulis : Abdur Rahim

JAKARTA, KOMPAS.TV – Presiden Prancis Emmanuel Macron angkat bicara melalui akun twitter miliknya terkait kecaman dari sejumlah negara terhadap dirinya.

 Ia menekankan, sekluarisme yang berlaku di Prancis tidak pernah membunuh siapa pun.

Hal ini diungkapkannya melalui akun twitter resmi miliknya (1/11).

“Sekularisme tidak pernah membunuh siapa pun”, ungkap Presiden Prancis, Emmanuel Macron dalam akun twitternya.

Pernyataan ini adalah bentuk klarifikasinya terhadap sejumlah kecaman yang ia dapatkan dari sejumlah negara.

Ia juga mengklarifikasi, sama sekali tidak bermaksud untuk menghina islam.

 “Saya melihat banyak kebohongan, dan saya ingin menjelaskan hal-hal berikut: Apa yang kami lakukan sekarang di Prancis adalah memerangi terorisme yang dilakukan atas nama Islam, bukan Islam itu sendiri. Terorisme ini telah merenggut nyawa lebih dari 300 warga kami”, ungkap Macron di laman twitternya yang dikutip Kompas TV (1/11).

Baca Juga: Sebelum Kecam Macron, Jokowi Gandeng Seluruh Pemuka Agama di Indonesia

Sebelumnya, Macron mengeluarkan pernyataan akan melawan segala bentuk "separatisme Islam" pasca-peristiwa pemenggalan seorang guru bernama Samuel Paty di luar Paris, awal Oktober.

Paty adalah seorang guru yang dibunuh karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada para muridnya di kelas tentang kebebasan berbicara.

Setidaknya dalam dua bulan terakhir, terdapat sejumlah insiden berdarah setelah Charlie Hebdo menerbitkan kartun tersebut.

Pertama, penyerangan di dekat kantor Charlie Hebdo pada 24 September; serangan terhadap penjaga kemanan di kantor Konsulat Perancis di Jeddah, Arab Saudi; serta serangan yang menewaskan tiga orang di Nice, Kamis (29/10/2020).

Charlie Hebdo adalah media satir Prancis yang kerap menampilkan kritikan-kritikan terhadap agama, termasuk islam.

Media tersebut juga kerap menampilkan kartun Nabi Muhammad yang dinilai menghina agama islam. 

Sementara itu, sebagai pemimpin di negara sekuler, ia tidak  akan menindak majalah Charlie Hebdo karena dinilai menghalangi kebebasan berekspresi.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x