Kompas TV regional budaya

Kolaborasi Seni, Budaya, Akademis, dan Pebisnis dalam Pameran Wayang Lakone di Kahangnan

Kompas.tv - 9 November 2021, 17:19 WIB
kolaborasi-seni-budaya-akademis-dan-pebisnis-dalam-pameran-wayang-lakone-di-kahangnan
Omah Budaya Kahangnan yang berlokasi di desa wisata Krebet, Guwosari, Pajangan, Bantul, merespons Hari Wayang Nasional dan Dunia yang jatuh pada 7 November dengan menggelar pameran wayang Sepasar Wayangan #1 (Sumber: dok. Omah Budaya Kahangnan)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Iman Firdaus

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Omah Budaya Kahangnan yang berlokasi di desa wisata Krebet, Guwosari, Pajangan, Bantul, merespons Hari Wayang Nasional dan Dunia yang jatuh pada 7 November dengan menggelar pameran wayang Sepasar Wayangan #1. Pameran yang diadakan 7 sampai 12 November 2021 ini berbeda dengan pameran seni rupa wayang biasanya.

Pameran wayang kulit bertajuk Lakone ini memamerkan 15 karya dan enam karya dengan tatah sungging. Lakone yang bermakna ceritanya menjadi tema pameran seni rupa merayakan Hari Wayang Sedunia ini untuk menunjukkan cerita yang subyektif. Artinya, pemeran utamanya adalah perupa itu sendiri atau orang lain yang dinarasikan ulang oleh perupa dengan berkonsep seni tradisi wayang, bisa lewat visual, narasi, visi, maupun sebatas kenangan seni tradisi wayang. 

Ada empat elemen yang terlibat dalam pameran wayang kulit ini. Mereka adalah Komunitas Nujes Tujes yang mewakili pelaku seni,Omah Budaya Kahangnan sebagai agen budaya, Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta (AKANSBY) sebagai institusi pendidikan budaya, serta Forum Mebel Kerajinan dan Seni (Formekers) sebagai organisasi pebisnis.

Baca Juga: Seni Tatah Sungging Kerap Dilupakan, Dalang Wahyu Pamerkan Wayang Buatannya di Galeri Kahangnan

“Kolaborasi ini diharapkan mampu menciptakan terobosan terobosan budaya dalam memasyarakatkan wayang,” ujar Hangno Hartono, pemilik Omah Budaya Kahangnan.

Menurut Hangno, memperkenalkan wayang bukan hanya tugas dalang dengan pergelarannya, melainkan juga perlu peran institusi dan organisasi yang lebih luas dan beragam. Formekers, misalnya, sebagai organisasi pengekspor mebel dan kerajinan tertarik untuk ikut memasyarakatkan wayang dengan membuat gagrak wayang kontemporer Wayang Omah. Wayang ini mengangkat persoalan  sehari-hari para tokoh di dalamnya.

Sementara, komunitas Nujes Tujes di bawah Sindu Cutter mengkoordinasi pameran lukisan yang menghadirkan karya 12 seniman, antara lain, Greg, Joan Miroe, Petrus Chrisna, Sindu Cutter, Gun Pastel, Kristiantoro, Wahyu Prasetya, Tejo Bronto, Muh Zar'an, Agus Cavalera, Metdick, Hangno Hartono, dan karya maestro tatah sungging Sagio.

Omah Budaya Kahangnan yang berlokasi di desa wisata Krebet, Guwosari, Pajangan, Bantul, merespons Hari Wayang Nasional dan Dunia yang jatuh pada 7 November dengan menggelar pameran wayang Sepasar Wayangan #1 (Sumber: dok. Omah Budaya Kahangnan)

Keterlibatan AKANSBY tampak dalam demo tatah sungging yang akan diperagakan oleh para mahasiswanya.

“Sepasar Wayangan akan menjadi acara rutin Omah Budaya Kahangnan setiap tahun dan melibatkan beragam kelompok di masyarakat,” ucap Hangno Hartono.

Direktur AKNSBY  Padmo yang hadir dalam acara pembukaan mengapresiasi kegiatan yang digelar di Omah Budaya Kahangnan ini.

“Saat ini perlu merdeka dengan wayang, artinya masyarakat bisa mengeksplorasi secara bebas kedalaman wayang sesuai kebiasan dan kapasitasnya,” kata Padmo.

Baca Juga: Mengenal Wayang Papua dari Sosok Lejar Hukubun

Pameran yang dibuka Sagio, tokoh wayang gagrak Ngayogyakarta ini juga dimeriahkan pentas wayang kontemporer seperti Wayang Omah oleh Itock Van Daira,Wayang Kotak oleh Ki Hangno Hadiprana, dan Wayang Sontoloyo oleh Ki Ardian Kresna.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x