Kompas TV regional peristiwa

Warga Tolak Penobatan Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon, Ini Alasannya

Kompas.tv - 31 Agustus 2020, 09:49 WIB
Penulis : Reny Mardika

CIREBON, KOMPAS.TV - Kericuhan dan aksi saling dorong mewarnai prosesi Jumenengan atau penobatan Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Pangeran Raja Adipati Luqman Zulkaedin.

Sejumlah abdi dalem Keraton Kasepuhan langsung berusaha menghalau sekelompok orang dari Keraton Kanoman yang merangsek masuk untuk menyatakan penolakan karena menilai Luqman Zulkaedin tidak memiliki nasab garis keturunan yang murni.

Namun kericuhan tersebut tidak mengganggu prosesi penobatan Sultan Sepuh XV yang digelar di Bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan.

Prosesi ditandai dengan penyerahan keris pusaka Sunan Gunung Jati kepada Luqman Zulkaedin.

Menanggapi adanya kericuhan penolakan yang terjadi, Pangeran Chaidir Susilaningrat, selaku juru bicara Keraton Kasepuhan Cirebon menyampaikan Keraton Kasepuhan akan terbuka karena sikap penolakan menjadi hak tiap warga.

"Kami telah sampaikan, itu hak bagi mereka untuk menyampaikan pendapat. Tapi kami di Keraton Kasepuhan semata-mata melaksanakan adat tradisi yang telah dilaksanakan secara turun temurun sejak sultan sebelumnya," paparnya.

Proses pengangkatan Pangeran Raja Adipati Luqman di Keraton Kasepuhan, turut dihadiri oleh raja-raja se-nusantara dan sejumlah perwakilan pemerintah daerah.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang juga hadir dalam acara tersebut berharap polemik pewaris tahta tersebut sebaiknya diselesaikan secara kekeluargaan.

"Cara pertama adalah sebaiknya gunakan sila ke-4 Pancasila yaitu musyawarah untuk mufakat. Kedua, kalau juga ada musyawarah mufakat, tentulah negeri INI adalah negeri hukum. Sehingga bisa diselesaikan baik-baik secara koridor hukum," kata Ridwan Kamil.

Pangeran Raja Adipati Luqman Zulkaedin dinobatkan menjadi Sultan Sepuh XV, Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat, menggantikan ayahanda Raja Adipati Arief Nata-Diningrat, yang wafat pada 22 Juli 2020 lalu.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x