Kompas TV nasional politik

Pengamat soal Kabinet Baru Prabowo: Jangan Beri Cek Kosong yang Berpotensi Ubah UU Kementerian

Kompas.tv - 26 Maret 2024, 22:37 WIB
pengamat-soal-kabinet-baru-prabowo-jangan-beri-cek-kosong-yang-berpotensi-ubah-uu-kementerian
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka bertemu di Jakarta, Jumat (22/3/2024). (Sumber: Instagram/@prabowo)
Penulis : Johannes Mangihot | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Komposisi menteri di kabinet pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabumung Raka jika dilantik nanti diharapkan tidak mengubah sistem tata negara dan pemerintahan. 

Direktur Eksekutif Charta Politica, Yunarto Wijaya menilai, biasanya partai ataupun relawan yang mendukung pasangan persiden dan wakil presiden terpilih akan mendapat jatah kursi menteri. 

Namun, karena banyaknya orang yang diproyeksikan masuk ke kabinet, presiden dan wakil presiden terpilih harus mengubah sistem tata negara dan pemerintahan, yakni mengubah UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Apalagi Capres Terpilih Presiden Prabowo Subianto menginginkan adanya persatuan dan kerja sama antar elemen bangsa.

Konsekuensi dari keinginan tersebut pastinya memberikan ruang untuk partai lain duduk di kabinet. 

"Fakta empiris dukungan itu dibayar dengan kursi menteri. Jumlah partai pasti akan banyak, belum jatah relawan, lalu ada lagi jatah Pak Jokowi. Jangan-jangan kita harus mengubah UU Kementerian Negara untuk bisa menampung menteri akibat deal politk dan titipan politik. Ini yang merusak sistem," ujar Pengamat Politik Yunarto di program Kompas Petang KOMPAS TV, Selasa (26/3/2024). 

Baca Juga: Ganjar Pilih Tak Jadi Menteri: Lebih Baik Dikasih ke Parpol Pendukung 02

Yunarto menambahkan, untuk mencegah hal tersebut, dibutuhkan pemimpin yang bisa menempatkan diri sebagai Presiden yang dipilih oleh rakyat dan mengedepankan kepentingan rakyat. 

Jika nantinya Prabowo yang dilantik, Prabowo harus bisa menggunakan hak prerogatif menolak tawaran, rekomendasi atau titipan menteri yang dimasukkan di kabinet. 

Semisal, Prabowo harus berani menolak jika nama yang diberikan tidak sesuai dengan program yang akan dijalankan. Termasuk rekomendasi, usulan dari Presiden Jokowi. 

"Oke kita lihatnya positif usulan dari mentor politik, dan nyambung dengan program Pak Prabowo berkesinambungan dan berkelanjutan. Tapi jangan sampai merusak sistem tata negara dan sistem pemerintahan," ujarnya. 

"Jadi jangan beri cek kosong kepada siapapun, entah kepada partai-partai, relawan, termasuk kepada Pak Jokowi. Hak prerogatif tetap di Pak Presiden," sambung Yunarto.

Baca Juga: Saat Prabowo Subianto Janji Kader PAN Masuk Kabinet, Syaratnya Harus Putra Putri Terbaik

Di kesempatan sama, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia meyakini, Capres dan Cawapres terpilih, Prabowo-Gibran sudah punya rumusan terkait komposisi dan kriteria dalam menyusun kabinet. 

Menurut Doli, Prabowo pastinya bisa menempatkan mana menteri yang diambil dari partai politik, profesional ataupun usulan dari Presiden Jokowi. 

"Itu semua pasti dipertimbangkan, tentu orang-orang yang masuk kabinet itu bisa dipimpin untuk Indonesia lima tahun ke depan," ujar Doli. 


 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x