Kompas TV nasional peristiwa

Guru Besar Psikologi UGM Mendapat Teror Melalui Media Sosial hingga Didatangi ke Kantor: Dicaci Maki

Kompas.tv - 19 Maret 2024, 21:31 WIB
guru-besar-psikologi-ugm-mendapat-teror-melalui-media-sosial-hingga-didatangi-ke-kantor-dicaci-maki
Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof Koentjoro Soeparno dalam dialog Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Selasa (19/3/2024). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV – Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah mada (UGM), Yogyakarta, Prof Koentjoro Soeparno mengaku mendapatkan sejumlah teror melalui cara yang berbeda.

Hal itu disampaikan oleh Prof Koentjoro Soeparno dalam dialog Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Selasa (19/3/2024), dengan tema ‘Kritik Pemerintahan Jokowi, Guru Besar UGM Diteror’.

Ia mengatakan, dirinya mendapatkan teror sebanyak tiga kali, yakni melalui media sosial Instagram, aplikasi pesan WhatsApp, dan didatangi ke kantornya.

“Saya mendapatkan pesan caci maki itu dua kali. Saya senang malahan mendapatkan pesan caci maki itu karena saya bisa tahu karakternya, siapa dia, malah saya gunakan sebagai obyek belajar saya,” tuturnya.

Baca Juga: MK Lantik Gugus Tugas Bersiap Tangani Gugatan Sengketa Hasil Pemilu 2024, Tak Libatkan Anwar Usman

“Saya menemukan dua bentuk media yang seperti itu. Yang satu itu saya mengistilahkan sebagai lone wolf, yaitu mereka pendukung setia yang berjuang sendirian.”

Dugaan teror tersebut menurutnya terjadi setelah pencoblosan Pemilu 2024, setelah ia bersama sejumlah rekannya membacakan petisi dalam kegiatan UGM menggugat.

“Bahasanya tidak terlalu kasar, saya masih bisa menerima. Tapi dia menuduh bahwa saya adalah pendukungnya 03, saya mau cari jabatan, dikatakan sudah tua, tidak tahu diri, seperti itu.”

“Ini masih relatif sopan, yang sendiri, ini tadi melalui Whatsapp, sehingga nomornya masih bisa dengan mudah dilacak,” tambah Koentjoro.

Teror lain dilakukan melalui aplikasi Instagram dan dilakukan bukan hanya oleh satu atau dua orang, Koentjoro menduga mereka merupakan kelompok pendengung atau buzzer.

“Mereka tersistem, tidak hanya satu atau dua orang, ketika saya ngomong begini, langsung beberapa orang nimbrung saya. Dan itu saya katakan sebagai kelompok-kelompok buzzer.”

“Yang ketiga adalah mereka datang ke kampus, tadi semakin yakin setelah ada penjelasan dari SKK, Satpam di kampus menjelaskan bahwa mereka hari kedua ada yang berpura-pura ODGJ,” tuturnya.

Ia menambahkan, pelaku yang menerornya melalui Instagram menjelek-jelekkan dirinya melalui dua forum. Bahkan salah satu mengirim Reels tentang cucunya.

“Jadi yang pertama itu adalah mereka yang buzzer itu adalah kelompok yang melalui IG menjelek-jelekkan saya, melalui dua forum. Satu IG murni IG, yang satu itu masuk Reels-nya, mengirim Reels tentang cucu saya.”

Baca Juga: TPN Ganjar-Mahfud Bakal Ajukan Gugatan ke MK Sebelum 3 Hari Sejak KPU Umumkan Hasil Pilpres

“Kedua, itu orang yang datang kepada saya di kampus dan saya tidak pernah bertemu dengan dia karena tidak pernah ada perjanjian. Setelah itu yang lonewolf itu yang melalui WhatsApp,” tegas Koentjoro.


 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x