Kompas TV nasional peristiwa

Penyebab Cuaca Kembali Panas, BMKG: Gangguan Pola Angin yang Hambat Pertumbuhan Awan Hujan

Kompas.tv - 20 Desember 2023, 21:21 WIB
penyebab-cuaca-kembali-panas-bmkg-gangguan-pola-angin-yang-hambat-pertumbuhan-awan-hujan
Ilustrasi. BMKG mengatakan cuaca panas yang kembali melanda sejumlah wilayah di Indonesia termasuk Jakarta, disebabkan adanya gangguan pola angin yang menghambat pertumbuhan awan hujan. (Sumber: Freepik)
Penulis : Kiki Luqman | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan cuaca panas yang kembali melanda sejumlah wilayah di Indonesia termasuk Jakarta, disebabkan adanya gangguan pola angin yang menghambat pertumbuhan awan hujan.

Senior forecaster BMKG, Riefda Novikarany, mengatakan saat musim hujan, suplai massa udara basah di Indonesia datang dari benua Asia.

Namun, saat ini, aliran massa udara basah itu terhambat masuk ke wilayah Indonesia.

"Pertama karena ada gangguan pola angin di mana ada yang namanya sistem tekanan rendah atau low pressure area yang tumbuh di wilayah utara ekuator sehingga dia menghambat atau memblok udara basah yang harusnya flow-nya ke wilayah Indonesia atau wilayah tropis," terang Riefda, Rabu (20/12/2023), seperti dilaporkan jurnalis KOMPAS TV, Bongga Wangga.

Baca Juga: Penjelasan BMKG soal Cuaca Jadi Lebih Panas Akhir-akhir Ini, Ada Dampak El Nino

Akibat adanya gangguan pola angin yang menghambat aliran udara basah itu, wilayah selatan Indonesia menjadi lebih kering yang akhirnya menghambat pertumbuhan awan hujan.

"Potensi pertumbuhan awan hujannya jadi terhambat juga atau cuacanya menjadi lebih cerah," ungkapnya.

"Ketika cuacanya cerah, awan-awan hujan tidak tumbuh dengan maksimal. Jadi sinar matahari atau radiasi matahari sampai ke permukaan bumi dengan maksimal atau optimal. Karena itu, suhu udaranya menjadi meningkat," imbuh Riefda.

Baca Juga: Cuaca Panas di Jawa-Nusa Tenggara Berlangsung 3-4 Hari ke Depan, Kapan Hujan? Ini Kata BMKG

Namun, BMKG meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem, berupa hujan lebat yang disertai angin kencang, selama periode Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

"Waspadai untuk wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk Jawa dan Sumatera bagian selatan itu, setelah Natal hingga sampai setelah tahun baru, awal bulan. Itu potensi hujan lebat bisa sampai ekstrem dapat disertai angin kencang," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Rabu, dikutip dari Antara.

Dalam rapat dengan Menteri Perhubungan Budi Karya dan Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono di Jakarta, Selasa (19/12), Dwikorita mengatakan cuaca ekstrem tersebut disebabkan dinamika atmosfer akibat posisi Indonesia yang diapit dua benua dan dua samudera.

Ia menambahkan potensi cuaca ekstrem juga perlu diperhatikan sebelum perayaan Natal, terutama di wilayah utara Indonesia, yang berbatasan dengan daerah khatulistiwa.

"Namun, sebelum Natal, perlu kewaspadaan di wilayah Indonesia bagian utara, terutama di Utara khatulistiwa, Sumatera Utara, Aceh, dan Kalimantan," tambahnya.

Selain cuaca ekstrem, Dwikorita juga menyebut bahwa selama musim Natal 2023 dan Tahun Baru 2024, terdapat potensi gelombang tinggi di Samudera Hindia, Pasifik, dan Selat Sunda.

Ia meminta kepada perusahaan pelayaran, angkutan penyeberangan, nelayan, dan masyarakat umumnya meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut.


 



Sumber : Kompas TV, Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x