Kompas TV nasional rumah pemilu

Pakar: Elektabilitas Ganjar Pranowo Turun di Jateng Usai Serang Jokowi Jeblok soal Penegakan Hukum

Kompas.tv - 21 November 2023, 13:08 WIB
pakar-elektabilitas-ganjar-pranowo-turun-di-jateng-usai-serang-jokowi-jeblok-soal-penegakan-hukum
Foto arsip. Bacapres PDIP Ganjar Pranowo saat acara deklarasi perdana dengan bacawapres Mahfud MD di Jakarta, 18 Oktober 2023. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV/Nadia)
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Elektabilitas calon presiden Ganjar Pranowo disebut mengalami penurunan usai menyerang Presiden Joko Widodo.

Sebagaimana diketahui, Ganjar Pranowo mengatakan penegakan hukum di era Presiden Jokowi jeblok dengan nilai 5.

Hal tersebut disampaikan Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam dalam dialog Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Selasa (21/11/2023).

“Terkonfirmasi terutama di basis data di Jawa Tengah, ketika Mas Ganjar melakukan serangan yang cukup signifikan terhadap pemerintahan Jokowi, justru ada pengurangan dari sisi elektabilitas terutama di segmen masyarakat Jawa Tengah yang kita tahu adalah kandang banteng. Tapi saat yang sama juga merupakan basis dari pendukung Pak Jokowi itu sendiri,” kata Umam.

Baca Juga: Puan Maharani: Ganjar Punya Data Penegakan Hukum Era Jokowi Jeblok

“Nah, titik pembeda sekaligus menjadi titik pisah antara Mas Ganjar dengan Pak Jokowi tentu akan meningkatkan elektabilitas pada sisi kelompok masyarakat menengah terdidik tetapi di saat yang sama hal itu justru diterima kurang begitu produktif oleh masyarakat dengan literasi menengah ke bawah terutama di segmen Jawa Tengah yang menjadikan kendang bagi PDI-P,” tambahnya. 


 

Sebab dalam pemahaman masyarakat, kata Umam, Ganjar diketahui sebagai capres dari PDI-P yang selama ini juga menjadi mesin politik untuk dua periode pemerintahan Jokowi. Publik tentu mempertanyakan kemana saja Ganjar dan PDI-P selama 9 tahun belakangan sehingga baru mengeluarkan narasi menyerang saat-saat ini.

“Bagaimana pun juga narasi tegas, kritis per hari ini tentu memiliki ruang yang bisa diterima. Tetapi segmen yang menerima lebih banyak berasal dari kelompok masyarakat menengah terdidik atau dari kalangan masyarakat sipil, meskipun dalam konteks ini tentu akan ada pertanyaan balik kepada Mas Ganjar termasuk PDIP,” jelas Umam.

Baca Juga: Usai Firli Bahuri, Dewas KPK akan Periksa Syahrul Yasin Limpo: Perlu Diklarifikasi Ulang

“Kalau misal kemudian narasi-narasi kritik itu disampaikan, pertanyaan mereka sederhana ‘where you have been’ kemana saja 9 tahun belakangan ini? Karena biar bagaimanapun juga 9 tahun selama ini, PDIP adalah mesin politik utama yang menjadi jangkar koalisi pemeritahan.”



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x