Kompas TV nasional rumah pemilu

Singgung 2 Hal Ini, Pengamat Politik Nilai Ada Keinginan Demokrat Gabung ke Koalisi PDI-P

Kompas.tv - 6 September 2023, 20:13 WIB
singgung-2-hal-ini-pengamat-politik-nilai-ada-keinginan-demokrat-gabung-ke-koalisi-pdi-p
Ketua DPP PDI-P Puan Maharani (kiri) saat bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY (kanan) di Plataran Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (18/6/2023). Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menilai terdapat keinginan Partai Demokrat untuk bergabung dengan PDI-Perjuangan (PDI-P) usai keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). (Sumber: ANTARA/Putu Indah Savitri)
Penulis : Isnaya Helmi | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menilai terdapat keinginan Partai Demokrat untuk bergabung dengan PDI-Perjuangan (PDI-P) usai keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Ia berpandangan hal tersebut dapat diterka dari pertemuan antara Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY pada Minggu (18/6/2023) lalu.

"Sebenarnya kalau kita tarik kebelakang lagi, ini bukan baru saja terjadi setelah Demokrat memutuskan untuk tidak bergabung lagi (dengan koalisi Perubahan)," kata Yunarto dalam Kompas Petang, Kompas TV, Rabu (6/9/2023). 

"Tapi kalau kita lihat sebelumnya sudah ada pertemuan antara Mbak Puan dan Mas AHY, Itu memiliki bobot lebih besar ketimbang pertemuan partai-partai lain. Karena dalam sentimen historis banyak yang mengatakan hampir tidak mungkin kedua partai ini bahkan membuka komunikasi," ujarnya.

Selain pertemuan Puan-AHY, Yunarto juga menyinggung soal cuitan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY mengenai mimpinya tentang pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan presiden ke-8 terpilih dalam sebuah kereta api.

Ia pun menerka cuitan tersebut dapat diterka sebagai keinginan untuk bergabung dengan koalisi partai pendukung bakal calon presiden atau bacapres Ganjar Pranowo.

"Kedua kita juga pernah lihat ucapan dari SBY yang mengutarakan di dalam kereta beliau bersama Pak Jokowi, ada bu Mega juga menuju ke suatu tempat," jelasnya.

Baca Juga: Sekjen PPP Sebut Tak Masalah Demokrat Gabung ke Koalisi Pendukung Ganjar

"Saya pikir itu sebuah bahasa simbolik menunjukkan keterbukaan bahkan keinginan Pak SBY untuk bersama dengan Ibu Mega, walaupun konteksnya saat itu belum bisa disebut dalam konteks koalisi pilpres, karena saat itu Demokrat masih dalam barisan koalisi Perubahan," ungkap Yunatro.

"Kalau dilihat sisi itu, menurut saya bahasa komunikasi terutama yang dikeluarkan oleh Partai Demokrat memang ada keinginan kemudian bergabung dengan koalisinya mas Ganjar," sambungnya.

Disinggung terkait peluang rekonsiliasi besar antara Megawati dan SBY, Yunarto pun menilai hal tersebut sangat mungkin terjadi.

"Iya kalau kita lihat sangat mungkin, memang tinggal kata kuncinya adalah di Bu Mega dan SBY," ucapnya.

"Saya pikir kalau ada pertemuan di antara dua tokoh tersebut bukan hanya dalam konteks Pilpres, ini kita akan melihat sebuah kejutan dalam konteks yang lebih besar rekonsiliasi bangsa, antardua tokoh bangsa yang memang bisa dianggap paling senior saat ini," tegasnya.

Diberitakan Kompas.tv sebelumnya, Demokrat telah memutuskan keluar dari koalisi Perubahan untuk Persatuan dan mencabut dukungan dari Anies Baswedan sebagai bacapres.

Langkah ini diambil setelah NasDem memilih Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin untuk menjadi bakal calon wakil presiden atau Bacawapres pendamping Anies di Pilpres 2024.

Di mana Anies dan NasDem dianggap Demokrat telah mengkhianati piagam kesepakatan yang pernah ditandatangani.

Adapun pencabutan dukungan dan keluarnya partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut disampaikan oleh Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Alfian Mallarangeng, Jumat (1/9).

Baca Juga: NasDem: Demokrat Sudah Mengatakan Mundur, Kalau Balik Lagi ya 'Marhaban'




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x