Kompas TV nasional peristiwa

BMKG Sebut Hujan Es Masih Bisa Terjadi Maret hingga April, Ini Penyebabnya

Kompas.tv - 22 Februari 2022, 10:48 WIB
bmkg-sebut-hujan-es-masih-bisa-terjadi-maret-hingga-april-ini-penyebabnya
Potensi fenomena hujan es dan cuaca ekstrem lain seperti hujan lebat dan angin puting beliung masih dapat terjadi hingga Maret-April. (Sumber: Antara)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV – Potensi fenomena hujan es dan cuaca ekstrem lain seperti hujan lebat dan angin puting beliung masih dapat terjadi hingga Maret-April.

Fenomena alam tersebut, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) disebabkan oleh pancaroba.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengimbau agar masyarakat tetap mewaspadai potensi cuaca ekstrem tersebut.

"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem tersebut serta dampak yang dapat ditimbulkan," kata Guswanto, Selasa (22/2/2022).

Baca Juga: Cuaca Ekstrem di Surabaya, Fenomena Hujan Es Hingga Robohnya Tiang Lampu Akibat Angin Kencang

Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah wilayah di Indonesia mengalami cuaca ekstrem berupa fenomena hujan es.

Beberapa daerah tersebut seperti Surabaya, Lampung, Bekasi, dan lainnya.

Kejadian tersebut disertai juga dengan hujan intensitas lebat dalam durasi singkat yang disertai kilat/petir dan angin kencang.

Hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem, yang terjadi dalam skala lokal.

Fenomena ini ditandai dengan adanya butiran es yang jatuh dari awan, dan dapat terjadi selama beberapa menit.

Pemicu munculnya hujan es adalah adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan.

Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb) yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut sehingga dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar.

Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan CB atau yang dikenal dengan istilah downdraft, dapat menyebabkan butiran es berukuran cukup besar yang terbentuk dipuncak awan Cb tersebut, turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menjadi fenomena hujan es.

Baca Juga: BMKG Jelaskan Fenomena Hujan Es Batu di Surabaya, Warga Diminta Waspada Cuaca Buruk

“Kecepatan "downdraft" dari awan Cb yang signifikan dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara, dan bahkan ketika sampai jatuh ke permukaan bumi pun masih dalam berbentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es,” ujar Guswanto.



Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x