Polisi: Kalau Baca WA-nya Ngeri, Pantas di Lapangan Anarkis

JAKARTA, KOMPAS.TV – Mabes Polri memastikan memiliki sejumlah bukti terkait penangkapan 8 orang anggota Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Medan, Tangerang, Depok dan Jakarta.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Mabes Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono menjelaskan salah satunya yakni tangkapan layar percakapan grup Whatsapp.

Menurut Awi, dalam percakapan tersebut terdapat narasi kebencian penghasutan dan SARA terkait dengan UU Cipta Kerja yang telah dketok DPR pada 5 Oktober lalu.

Baca Juga: Pelaku Ricuh Demo PA 212, 561 Orang Ditangkap

“kalau rekan-rekan membaca WA-nya, ngeri. Pantas kalau di lapangan terjadi anarkis, itu mereka masyarakat yang tidak paham betul, gampang tersulut," ujar Awi di Bareskrim Polri, Selasa (13/10/2020).

Awi menambahkan selain penghasutan, dalam percakapan di grup Whatsapp penyidik juga mendapati perencanaan untuk melakukan perusakan saat demo UU Cipta Kerja.

Kemudian ada sebuah proposal yang diduga untuk meminta biaya terkait demo UU Cipta kerja. Saat ini penyidik sedang mendalami aktor yang membiayai aksi UU Cipta Kerja berujung anarkis.

“Semua sudah mulai masuk ke materi penyidikan, proposalnya ada,” ujar Awi.

Baca Juga: KAMI Bantah Jadi Aktor di Balik Demo UU Cipta Kerja

Penangkapan 8 orang anggota KAMI dilakukan mulai tanggal 9 Oktober hingga hari ini, Selasa (13/10/2020). Berikut para aktivis dan petinggi KAMI yang ditangkap oleh kepolisian:

KAMI Medan, Sumut:
Khairi Amri (Ketua KAMI Sumut)
Juliana
Devi
Wahyu Rasari Putri

Baca Juga: 8 Anggota KAMI yang Ditangkap Dijerat Pasal Penghasutan dan UU ITE

KAMI Jakarta:
Kingkin Anida (Penulis, Mantan Caleg PKS)
Anton Permana (Penulis)
Syahganda Nainggolan (KAMI)
Jumhur Hidayat (KAMI)