YERUSALEM, KOMPAS TV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, hari Minggu (5/5/2024), menolak tekanan internasional untuk menghentikan perang di Gaza dalam pidato bernada keras di Hari Peringatan Holocaust tahunan.
"Jika Israel terpaksa berdiri sendiri, Israel akan berdiri sendiri," kata Netanyahu
Pesan tersebut disampaikan dalam suasana yang biasanya menghindari politik, ditujukan kepada kian bertambahnya sorak-sorai pemimpin dunia yang mengkritik tingginya korban warga sipil Gaza yang tewas oleh serangan militer Israel terhadap Hamas dan mendesak kedua belah pihak untuk sepakat gencatan senjata.
Netanyahu mengatakan dia terbuka untuk kesepakatan yang akan menghentikan hampir tujuh bulan pertempuran dan membawa pulang sandera yang ditahan oleh Hamas. Tetapi dia juga mengatakan tetap berkomitmen menyerbu Rafah di Gaza Selatan, meskipun ada protes internasional yang luas karena lebih dari 1 juta warga sipil yang berada di sana.
"Saya katakan kepada para pemimpin dunia: Tidak ada tekanan, tidak ada keputusan oleh forum internasional mana pun yang akan menghentikan Israel dari membela diri," katanya, berbicara dalam bahasa Inggris. "Tidak akan ada lagi seperti sekarang."
Yom Hashoah, hari yang dijadikan Israel sebagai peringatan bagi 6 juta orang Yahudi yang tewas oleh Nazi Jerman dan sekutunya dalam Holocaust, adalah salah satu tanggal paling serius dalam kalender negara tersebut.
Pidato di acara tersebut umumnya menghindari politik, meskipun Netanyahu dalam beberapa tahun terakhir telah menggunakan kesempatan tersebut untuk menyerang musuh bebuyutan Israel, Iran.
Upacara itu membuka hari peringatan Holocaust Israel pertama sejak serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang, memberikan tambahan makna pada hari yang sebelumnya penuh duka.
Baca Juga: Siap Serang Jalur Darat, Militer Israel Perintahkan 100.000 Penduduk Palestina di Rafah Mengungsi
Hamas diklaim membunuh sekitar 1.200 orang dalam serangan tersebut, menjadikannya kekerasan paling mematikan terhadap orang Yahudi sejak Holocaust.
Israel menanggapi dengan serangan udara dan darat di Gaza, di mana jumlah korban tewas melonjak menjadi lebih dari 34.500 orang, menurut pejabat kesehatan setempat, dan sekitar 80% dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.