Kompas TV internasional kompas dunia

Israel Hancurkan Rumah Sakit Terbesar di Gaza, Dirjen WHO Terkejut

Kompas.tv - 3 April 2024, 23:10 WIB
israel-hancurkan-rumah-sakit-terbesar-di-gaza-dirjen-who-terkejut
Reruntuhan bangunan yang dihancurkan serangan Israel di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Kota Gaza, 1 April 2024. (Sumber: Mohammed Hajjar/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Desy Afrianti

GAZA, KOMPAS.TV - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus "terkejut" dengan hancurnya rumah sakit terbesar di Jalur Gaza usai dikepung Israel selama dua pekan. Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza berhenti beroperasi usai dikepung Israel, sebagian besar bangunannya hancur atau rusak.

Al-Shifa merupakan rumah sakit utama di Jalur Gaza sebelum hancur. Rumah sakit ini memuat 750 tempat tidur pasien, 26 ruang operasi, 32 ruang perawatan intensif, laboratorium pusat, dan satu departemen dialisis.

"Selama beberapa hari, tim WHO di Gaza mengupayakan izin untuk menuju apa yang tersisa dari rumah sakit itu, untuk berbicara kepada tenaga medis dan meninjau apa yang bisa diselamatkan. Namun, saat ini situasinya terlihat mengerikan," kata Tedros dikutip Al Jazeera, Rabu (3/4/2024).

Baca Juga: Keluarga dan Teman Mengenang Dedikasi Para Pekerja World Central Kitchen yang Tewas di Gaza

Tedros menyampaikan, sejak awal perang, WHO telah memverifikasi 906 serangan ke fasilitas kesehatan di Gaza, Tepi Barat, Israel, dan Lebanon. Serangan ke fasilitas kesehatan ini menimbulkan 736 korban jiwa dan 1.014 korban luka.

"Tinggal 10 dari 36 rumah sakit di Gaza yang bisa berfungsi secara pasial. WHO akan terus menyokong rumah sakit-rumah sakit ini untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin," katanya.

Pejabat asal Etiopia itu pun mengaku prihatin dengan peristiwa terbunuhnya pekerja kemanusiaan World Central Kitchen (WCK) karena serangan Israel pada pekan ini. Tedros menyebut peristiwa ini menunjukkan "bahaya ekstrem" yang mengganggu operasi humaniter di Gaza.

"Kita hanya bisa melakukannya dengan akses yang aman. Ini artinya mekanisme yang efektif dan transparan untuk dekonflikisasi yang harus ditegakkan untuk memastikan konvoi humaniter bisa bergerak bebas," kata Tedros.

Pasukan Israel mengepung Rumah Sakit Al-Shifa sejak pertengahan Maret hingga awal April 2024. Militer Israel mengklaim mengeliminasi 200 kombatan selama pengepungan tersebut.

Akan tetapi, otoritas Gaza melaporkan pasukan Israel membunuh sekitar 200 pengungsi yang berlindung di fasilitas kesehatan itu. Sejumlah warga yang selamat dari pengepungan Al-Shifa pun mengaku disiksa oleh tentara Israel.

Baca Juga: Jejak Pasukan Israel di Rumah Sakit Al-Shifa, Ratusan Jenazah Ditinggalkan



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x