Kompas TV internasional kompas dunia

PBB Khawatir 70 Pengungsi Rohingya Hilang atau Tewas akibat Kapal Tenggelam di Perairan Meulaboh

Kompas.tv - 23 Maret 2024, 08:33 WIB
pbb-khawatir-70-pengungsi-rohingya-hilang-atau-tewas-akibat-kapal-tenggelam-di-perairan-meulaboh
Pengungsi Rohingya berdiri di atas perahu mereka yang terbalik sebelum diselamatkan di perairan lepas pantai Aceh Barat, Indonesia, Kamis, 21 Maret 2024. Perahu kayu yang membawa puluhan muslim Rohingya terbalik di lepas pantai paling utara Indonesia pada hari Rabu, menurut nelayan setempat. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

MEULABOH, KOMPAS.TV - Sekitar 70 pengungsi muslim Rohingya dikhawatirkan hilang atau tewas setelah kapal yang mereka tumpangi tenggelam di lepas pantai Indonesia pekan ini. Pernyataan ini disampaikan oleh Badan Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Jumat (22/3/2024).

"Sangat prihatin atas besarnya potensi kerugian jiwa," kata pernyataan bersama UNHCR dan IOM, menyebut laporan penyintas bahwa 150 orang awalnya ada di kapal tersebut.

Indikasi itu kemungkinan mencakup awak kapal sekitar lima orang, yang tampaknya meninggalkan kapal tersebut dan keberadaannya tidak diketahui. Dua penyintas menceritakan kepada Associated Press hari Jumat bahwa kapten dan empat awak meninggalkan kapal tersebut untuk kapal lain ketika kapal pengungsi mulai tenggelam.

Para nelayan Indonesia memberikan peringatan tentang kapal yang terkena musibah itu pada Rabu ketika mereka mulai menyelamatkan penumpangnya, dan sebuah kapal pencarian dan penyelamatan Indonesia hari Kamis menarik orang-orang yang tersisa dari lambung yang tenggelam sekitar 22 kilometer lepas pantai barat Provinsi Aceh Indonesia.

Pernyataan bersama PBB tidak menentukan jumlah pasti orang yang diyakini hilang, tetapi situs web yang dikelola oleh UNHCR mengatakan 75 orang "dilaporkan meninggal atau hilang" dari sebuah kapal yang detailnya cocok dengan kapal yang tenggelam pada hari Rabu.

"Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi kerugian jiwa terbesar sejauh ini tahun ini," kata pernyataan tersebut, merujuk pada arus terus-menerus kapal yang membawa Rohingya yang mencoba melarikan diri dari kamp-kamp pengungsi yang padat di Bangladesh dan Myanmar.

Ada peningkatan signifikan dalam kedatangan pengungsi Rohingya di Indonesia selama setahun terakhir. Sebanyak 2.300 pengungsi yang tiba pada tahun 2023 lebih banyak dari empat tahun sebelumnya digabungkan, kata pernyataan tersebut.

Baca Juga: Satu Kapal Pengangkut Etnis Rohingya Terbalik di Perairan Barat Meulaboh


Para penyintas dari kapal tersebut terdiri dari 44 pria, 22 wanita, dan sembilan anak. Beberapa dari mereka dibawa ke rumah sakit setempat untuk perawatan, tetapi sebagian besar dikirim ke tempat penampungan sementara di distrik Barat Aceh. Beberapa di antaranya mengatakan kepada pekerja UNHCR bahwa mereka telah kehilangan anggota keluarga selama perjalanan.

"Dalam satu kasus, ada seorang anak yang orang tuanya dan saudara-saudaranya meninggal selama perjalanan," kata Faisal Rahman, anggota staf UNHCR di Aceh, Jumat. "Ada kasus lain, seorang suami yang istri dan anaknya meninggal. Juga, anak-anak yang ibunya telah meninggal. Jadi ada beberapa keluarga yang mengatakan kerabat mereka telah menghilang atau meninggal di laut."

Soliya Begum, seorang penyintas berusia 18 tahun, menceritakan kepada Associated Press bahwa kapten menenggelamkan kapal dan melarikan diri ke kapal lain dengan awak kapalnya ketika kapal mulai berair.

Ceritanya belum dapat segera dikonfirmasi. Terkadang, orang sengaja menenggelamkan kapal pengungsi untuk memaksa penyelamat dari negara tujuan untuk membawa penumpangnya ke darat, tetapi biasanya tindakan tersebut dilakukan lebih dekat ke daratan.

Penyintas lainnya, Akram Ullah, 30 tahun, mengatakan kepada AP bahwa kapal itu berangkat dari Bangladesh pada tanggal 9 Maret dan bahwa kapten serta setidaknya beberapa awaknya adalah orang Indonesia. Dia juga mengatakan bahwa kapten dan empat awak lainnya melarikan diri dari kapal ketika kapal mulai tenggelam.

Sekitar 1 juta orang Rohingya dari Myanmar adalah pengungsi di Bangladesh. Mereka termasuk sekitar 740.000 yang melarikan diri pada tahun 2017 untuk menghindari kampanye kontra-pemberontakan yang brutal oleh pasukan keamanan Myanmar, yang dituduh melakukan pemerkosaan dan pembunuhan massal serta membakar ribuan rumah. Minoritas Rohingya di Myanmar menghadapi diskriminasi luas dan sebagian besar tidak diberikan kewarganegaraan.

Badan bantuan Save The Children mengatakan perjalanan laut yang terus berlanjut mencerminkan situasi yang mengerikan di kamp-kamp di Bangladesh. Mereka mengatakan 250 anak yang tidak didampingi orang tua ada di antara warga Rohingya yang tiba di Indonesia dalam tiga bulan terakhir tahun lalu.

"Kehadiran anak-anak yang tidak didampingi di Aceh mengkhawatirkan dan menunjukkan bahwa keluarga Rohingya cukup putus asa untuk mengirimkan anak-anak mereka pergi mencari kehidupan yang lebih baik," kata Direktur sementara Save The Children di Indonesia, Dessy Kurwiany Ukar.

 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x