Kompas TV internasional kompas dunia

Ucapan Sinis Presiden Dewan Eropa ke Putin di Pemilu Rusia, Beri Selamat Penuh Sarkasme

Kompas.tv - 16 Maret 2024, 12:52 WIB
ucapan-sinis-presiden-dewan-eropa-ke-putin-di-pemilu-rusia-beri-selamat-penuh-sarkasme
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Sumber: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP, File)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Desy Afrianti

BRUSSELS, KOMPAS.TV - Ucapan sinis diungkapkan Presiden Dewan Eropa Charles Michel atas keunggulan Vladimir Putin di pemilu Rusia.

Putin diyakini bakal menjadi pemenang pada pemilu Rusia yang diselenggaraan sejak Jumat (15/3/2024), selama tiga hari.

Pada pemilu Rusia saat ini, Putin tak memiliki lawan yang seimbang, apalagi setelah sejumlah oposisi yang berpotensi mengancam tak diloloskan untu ikut pemilu.

Baca Juga: Skandal Penari Seksi di Pesta Partai Penguasa, PM Jepang Fumio Kishida Ngamuk: Sangat Tak Pantas

Michel pun memberikan ucapan selamat kepada Putin secara sarkasme.

“Kami ingin memberikan selamat kepada Vladimir Putin atas kemenangan telak pada pemilu yang dimulai hari ini,” kata Michel dikutip dari Politico. “Tak ada lawan. Tak ada kemerdekaan. Tak ada pilihan lain,” ujarnya.

Warga Rusia menuju tempat pemungutan suara pada Jumat untuk hari pertama pemungutan suara dalam pemilu yang diduga penuh kecurangan dan hampir pasti dimenangkan Putin.

Hal itu akan memberinya kesempatan untuk kembali memimpin enam tahun ke depan.

Pada pemilu saat ini, Putin akan berhadapan dengan tiga kandidat yang secara sukarela tidak mengkritiknya.

Sebelumnya dua aktivisi anti-perang yang disebut bakal menjadi lawan berat Putin, Ekaterina Dunstova dan Boris Nadezhin, telah didiskualifikasi.

Baca Juga: Pemilu Rusia Rusuh, Kotak Suara Jadi Sasaran Perusakan yang Berujung Penangkapan

Para oposisi telah mengorganisir partisipasi massal pemilih di tempat pemungutan suara pada Minggu (17/3/2024) siang, sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan lama Putin di Rusia.

Putin telah terpilih sebagai presiden Rusia sejak tahun 2000, dan sempat menjadi Perdana Menteri antara 2008 dan 2012.

Setelah itu ia kembali menduduki posisi sebagai Presiden, dan namanya kian disorot setelah meluncurkan invasi berskala penuh ke Ukraina.



Sumber : Politico


BERITA LAINNYA



Close Ads x