Kompas TV internasional kompas dunia

Ancaman Bahaya Deepfake di Pemilu 2024, Diyakini Bakal Bisa Manipulasi Pemilih

Kompas.tv - 14 Februari 2024, 13:18 WIB
ancaman-bahaya-deepfake-di-pemilu-2024-diyakini-bakal-bisa-manipulasi-pemilih
Ilustrasi artificial inteligence (AI) atau kecerdasan buatan. (Sumber: Pexels/Pavel Danilyuk)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Bahaya deepfake mengintai di Pemilu 2024, karena dianggap bisa memanipulasi pemilih.

Media sosial dan online memiliki peran besar bagi politik Indonesia, sebagai salah satu negara dengan penggunaan internet tertinggi.

Nyaris semua partai politik dan politisi menata kehadirannya di media sosial demi mengumpulkan pengikut dan pengaruh.

Baca Juga: Muncul Ketakutan Pemilu Indonesia Terancam Diganggu Rusia, Pengamat: Lewat Fenomena Disinformasi

Namun, hal itu diyakini bisa membuat deepfake menjadi ancaman pada pemilu Indonesia ini.

“Deepfake bisa sangat mempengaruhi pemilu. Dari cara bagaimana kampanye dilakukan, begitu juga dengan hasil pemilu,” kata Manajer Kampanye Asia Pacific do Acces Now, Golda Benjamin dikutip dari CNN Internasional.

“Bahaya mengintai dari bagaimana cepatnya itu akan menyebar. Sebuah deepfake bisa mencapai jutaan orang dalam hitungan detik, mempengaruhi dan memanipulasi jutaan pemilih,” ujarnya.

Pada pemilu tahun ini, para pengamat mengungkapkan banyak pihak menggunakan kecerdasan buatan (AI), dan menggunakan beberapa deepfake berbeda untuk keuntungan politik.

Para pemilih Indonesia yang berusia 40 tahun atau lebih muda, akan menjadi mayoritas pemilih pada pemilu saat ini.

Kementerian Komunikasi Indonesia sendiri sudah mengeluarkan imbauan menyusul beberapa video AI yang viral.

Mereka memperingatkan perusahaan teknologi dan pemilih untuk berhati-hatri terhadap deepfake.

Namun, upaya tersebut disebut masih belum cukup.

Baca Juga: Media Barat: Suara Kaum Muda Jadi Kunci untuk Menangkan Pemilu Indonesia 2024

TAPP (Tim Advokasi Peduli Pemilu) sebuah organisasi nirlaba yang berasis di Jakarta, mengataan bahwa video deepfake memiliki potensi manipulasi pemilih oleh AI.

Apalagi menurut survei 2022, sebanyak 60 persen pemilih berusia di bawah 40 tahun mengatakan media sosial sebagai sumber informasi utama.


Hoaks online, misinformasi, dan kampanye kotor merajalela selama pemilu 2019, dan seiring dengan kebangkitan, dan kemajuan tenologi AI, membuat para ahli mengatakan situasi ini semakin memprihatinkan.



Sumber : CNN Internasional


BERITA LAINNYA



Close Ads x