Kompas TV internasional kompas dunia

UN Women: Selama Perang Gaza, 3.000 Perempuan Jadi Janda dan 10.000 Anak Kehilangan Ayah

Kompas.tv - 22 Januari 2024, 06:30 WIB
un-women-selama-perang-gaza-3-000-perempuan-jadi-janda-dan-10-000-anak-kehilangan-ayah
Ibu warga Palestina di Khan Younis menggendong jasad anaknya yang dibunuh Israel hari Minggu, (7/1/2024). Perempuan dan anak-anak menjadi korban utama perang Israel-Hamas, sekitar 16.000 tewas dari total 25.000 warga Gaza yang dibunuh Israel, dan diperkirakan dua ibu kehilangan nyawa setiap jam sejak serangan Israel terhadap Hamas, kata UN Women, hari Jumat, (20/1/2024). (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

PBB, KOMPAS.TV - Perempuan dan anak-anak menjadi korban utama perang Israel-Hamas. Dari total 25.000 warga Gaza yang dibunuh Israel, sekitar 16.000 di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Diperkirakan, dua ibu kehilangan nyawa setiap jam sejak serangan Israel terhadap Hamas. 

Hal ini diungkapkan UN Women atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perempuan, Jumat (20/1/2024).

UN Women sendiri merupakan entitas PBB yang berdedikasi untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

Akibat dari konflik selama lebih dari 100 hari ini, ungkap UN Women, setidaknya 3.000 perempuan mungkin telah menjadi janda dan kepala rumah tangga, dan setidaknya 10.000 anak mungkin kehilangan ayah mereka.

Dalam laporan terbaru, lembaga tersebut menyoroti ketidaksetaraan gender dan beban yang dialami perempuan yang melarikan diri dari pertempuran dengan anak-anak dan terus-menerus tergusur.

Dari populasi 2,3 juta penduduk di wilayah tersebut, disebutkan, 1,9 juta mengungsi dan "hampir satu juta adalah perempuan dan gadis" yang mencari perlindungan dan keamanan.

Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous mengatakan ini adalah "pembalikan kejam" dari pertempuran selama 15 tahun sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober. Sebelumnya, katanya, 67% dari semua warga sipil yang tewas di Gaza dan Tepi Barat adalah laki-laki dan kurang dari 14% adalah perempuan.

Ia mengulangi desakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk gencatan senjata kemanusiaan dan pembebasan segera semua tawanan yang ditangkap di Israel pada 7 Oktober.

"Seberapa pun kita berduka atas situasi perempuan dan gadis di Gaza hari ini, kita akan berduka lebih lanjut tanpa bantuan kemanusiaan tanpa batas dan akhir dari penghancuran dan pembunuhan," kata Bahous dalam pernyataannya yang menyertai laporan itu.

"Perempuan dan gadis ini kehilangan rasa aman, obat-obatan, perawatan kesehatan, dan tempat tinggal. Mereka menghadapi bencana kelaparan. Terutama, mereka kehilangan harapan dan keadilan," kata Bahous.

Baca Juga: Keluarga Sandera Israel Sudah Tak Percaya Netanyahu, Ancam Bakal Bertindak Sendiri

Warga menyalati jenazah anak kecil korban yang terbunuh serangan Israel di Khan Younis. Perempuan dan anak-anak menjadi korban utama perang Israel-Hamas, sekitar 16.000 tewas dari total 25.000 warga Gaza yang dibunuh Israel, dan diperkirakan dua ibu kehilangan nyawa setiap jam sejak serangan Israel terhadap Hamas, kata UN Women, hari Jumat, (20/1/2024). (Sumber: AP Photo)

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan hampir 25.000 warga Palestina tewas dibunuh Israel dalam konflik tersebut, 70% di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. PBB mengatakan lebih dari setengah juta orang di Gaza, seperempat dari populasi, kelaparan.

Di Israel, sekitar 1.200 orang tewas selama serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang, dan sekitar 250 orang ditahan sebagai tawanan Hamas. Lebih dari 100 tawanan diyakini masih ditahan di Gaza.

Meskipun eskalasi konflik di Gaza, lembaga tersebut mengatakan organisasi yang dipimpin oleh perempuan dan organisasi hak perempuan terus beroperasi.

Ditemukan bahwa 83% organisasi perempuan yang disurvei di Jalur Gaza setidaknya sebagian beroperasi, terutama fokus pada tanggapan darurat terhadap perang.

Namun, UN Women mengatakan analisisnya terhadap pendanaan dari perbandingan selintas tahun lalu untuk Gaza menemukan bahwa hanya 0,09% dari pendanaan langsung diberikan kepada organisasi hak perempuan nasional atau lokal.

Bahous mengatakan, ada kebutuhan untuk lebih banyak bantuan mencapai Gaza, terutama bagi perempuan dan anak-anak, dan untuk mengakhiri perang.

"Ini saatnya untuk perdamaian," katanya. "Kita berutang ini kepada semua perempuan dan gadis Israel dan Palestina. Ini bukan konflik mereka lagi. Mereka tidak boleh lagi membayar harganya."


 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x