Kompas TV internasional kompas dunia

Israel Mengebom RS Syuhada Al-Aqsa dengan Drone, Dokter Tanpa Batas Menarik Diri dari Gaza

Kompas.tv - 9 Januari 2024, 00:35 WIB
israel-mengebom-rs-syuhada-al-aqsa-dengan-drone-dokter-tanpa-batas-menarik-diri-dari-gaza
Warga shalat jenazah korban pembunuhan oleh Israel di Khan Younis, Minggu, (7/1/2024). Pasukan Israel menyerang RS Al-Aqsa di pusat Gaza dengan drone, Dokter Tanpa Batas atau Doctors Without Borders hari Sabtu mengumumkan mereka menarik diri (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

GAZA, KOMPAS.TV - Pasukan Israel menyerang Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di pusat Gaza menggunakan drone, seperti diumumkan Kementerian Kesehatan Gaza hari Minggu, (7/1/2024) seperti dilaporkan media Timur Tengah hari Senin, (8/1/2024).

"Pendudukan Israel mengancam para pasien dan staf medis di fasilitas ini dengan menyerangnya menggunakan drone," ungkap kementerian dalam pernyataan yang dilaporkan Anadolu, Senin, (8/1/2024).

"Drone Israel secara intensif menembaki bangunan dan area rumah sakit, mengincar siapa pun yang bergerak," kata pernyataan tersebut, yang juga menyebutkan korban luka dan pasien melarikan diri dari rumah sakit di bawah serangan drone tersebut.

Upaya tentara Israel untuk menonaktifkan Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa dianggap sebagai vonis mati bagi ribuan korban luka dan pasien warga Palestina yang berada di dalamnya, kata kementerian kesehatan di Gaza.

Dokter Tanpa Batas atau Doctors Without Borders hari Sabtu mengumumkan mereka menarik diri dari Gaza, termasuk RS Al-Aqsa, karena serangan terus-menerus tentara Israel.

Puluhan ribu orang mencari perlindungan di rumah sakit Gaza, yang juga berjuang untuk merawat puluhan orang yang terluka setiap hari akibat serangan Israel. Menurut kantor kemanusiaan PBB, hanya 13 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi sebagian.

Omar al-Darawi, seorang karyawan di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa, seperti laporan Associated Press hari Senin, (8/1/2024) mengatakan rumah sakit tersebut diserang berkali-kali dalam beberapa hari terakhir, menyebutkan ribuan orang mengungsi setelah kelompok bantuan menarik diri, dan pasien dikonsentrasikan di satu lantai agar dokter yang tersisa dapat merawat mereka dengan lebih mudah.

Baca Juga: Hizbullah Lebanon Serang Pangkalan Kendali Lalu Lintas Udara Israel, Tel Aviv Ancam Perang Baru

Warga Palestina menyaksikan kehancuran pasca serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza Selatan, Jumat, 29 Desember 2023. (Sumber: AP Photo/Fatima Shbair)

"Kami punya sejumlah besar korban luka yang tidak dapat bergerak," katanya. "Mereka membutuhkan perawatan khusus, yang tidak tersedia."

Setiap hari, lebih banyak korban tewas dan terluka tiba ketika pasukan Israel maju di tengah Gaza setelah serangan udara dengan amunisi kelas berat. Kementerian Kesehatan pada awal Senin mengatakan 73 mayat dan 99 orang terluka telah dibawa ke rumah sakit hanya dalam 24 jam terakhir.

Staf Organisasi Kesehatan Dunia WHO yang berkunjung hari Minggu melihat "pemandangan mengerikan orang-orang dari segala usia yang dirawat di lantai yang penuh darah dan di koridor yang kacau," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepala badan PBB itu, dalam sebuah pernyataan. "Pertumpahan darah di Gaza harus berakhir."

Setidaknya 22.835 warga Palestina tewas dan 58.416 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan.

Pernyataan kementerian kesehatan menyebutkan 113 orang tewas dibunuh serangan Israel dan 250 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir.

Israel terus melakukan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober. Otoritas Israel mengklaim serangan Hamas menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.

Banyak ahli hukum internasional menyatakan bahwa tindakan Israel di Gaza merupakan kejahatan perang atau genosida, dan negara-negara seperti Turki dan Afrika Selatan bekerja untuk membawa kasus hukum ke pengadilan internasional.



Sumber : Anadolu / Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x