Kompas TV internasional kompas dunia

Tidak Ada Privasi, Air, dan Pembalut: Perempuan di Palestina Terpaksa Gunakan Pil Penunda Haid

Kompas.tv - 8 Desember 2023, 00:00 WIB
tidak-ada-privasi-air-dan-pembalut-perempuan-di-palestina-terpaksa-gunakan-pil-penunda-haid
Perempuan di Palestina yang berduka atas kematian kerabatnya, yang terbunuh dalam sebuah serangan oleh pasukan Israel di kota Qabatia (Sumber: AFP Photo via New Age World)
Penulis : Almarani Anantar | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS TV - Banyak perempuan di Palestina terpaksa menghadapi situasi sulit akibat serangan Israel. Dalam kondisi pengungsian yang penuh sesak dan minim akses ke produk kebersihan menstruasi, beberapa dari mereka terpaksa mengonsumsi pil penunda menstruasi.

Mengutip dari Al Jazeera, mereka mengonsumsi pil norethisterone untuk menghindari ketidaknyamanan dan rasa sakit saat menstruasi.

Pil norethisterone adalah pil yang biasanya diresepkan untuk kondisi-kondisi seperti pendarahan menstruasi yang parah, endometriosis, dan menstruasi yang menyakitkan.

Dr. Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis di Nasser Medical Complex di kota selatan Khan Younis, menjelaskan bahwa pil norethisterone dapat menjaga tingkat hormon progesteron tetap tinggi untuk mencegah rahim meluruhkan lapisannya, sehingga mengakibatkan penundaan menstruasi.

Meskipun dapat menyebabkan efek samping seperti pendarahan vagina tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing, dan perubahan suasana hati, tetapi beberapa perempuan disana tidak punya pilihan selain mengambil risiko di tengah serangan dan blokade Israel yang terus berlanjut di Gaza.

Baca Juga: Tak Bisa Mengungsi, Lebih dari 2 Juta Warga Palestina Berdesakan di Gaza Akibat Serangan Israel!

Hari-hari yang Sulit

Salma, 41 tahun, mengungkapkan bahwa dua minggu yang lalu dia meninggalkan rumahnya di Tel al-Hawa, Kota Gaza, dan sejak itu tinggal di kamp pengungsian Deir el-Balah, Gaza tengah. Dia mengakui bahwa situasi sulit selama perang telah membuatnya merasa takut, tidak nyaman, dan depresi, yang juga berdampak pada siklus menstruasinya.

Salma mencatat selama bulan ini, dia mengalami menstruasi dua kali, yang merupakan pengalaman yang sangat tidak biasa baginya, disertai dengan pendarahan yang cukup parah.

Salma menyampaikan, ketersediaan pembalut sangat terbatas di beberapa toko dan apotek yang masih buka. Tinggal bersama puluhan kerabat di tengah kekurangan air membuat menjaga kebersihan menjadi suatu kemewahan, bahkan tampaknya mustahil. Penggunaan kamar mandi harus dijatah, dan mandi terbatas hanya beberapa hari sekali.

Pengepungan total oleh Israel dan serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober telah membuat persediaan apotek dan toko-toko semakin menipis.

Selain itu, pengeboman terhadap jalan-jalan utama di Jalur Gaza juga membuat pengangkutan produk medis ke apotek menjadi tugas yang mustahil, seperti yang dikatakan oleh Abu Hatab.

Dalam kondisi ini, Salma, tanpa sarana untuk mengatur menstruasinya seperti biasa, memutuskan untuk mencari pil untuk menunda menstruasinya.

Saat ini, pembalut wanita sangat sulit ditemukan karena banyak diminati, sementara tablet penunda haid cenderung lebih tersedia di beberapa apotek karena jarang digunakan.

Salma mengungkapkan bahwa ia meminta anak perempuannya untuk membeli pil penunda haid di apotek. Dengan harapan perang akan segera berakhir. Ia juga berharap agar tidak perlu menggunakan pil tersebut lebih dari sekali, karena khawatir akan terjadi efek samping pada tubuhnya.

Baca Juga: Gencatan senjata, Warga Palestina Kembali ke Rumah Mencari Sisa Harta Benda

Stres yang Ekstrem

Lebih dari 1,4 juta orang di Jalur Gaza telah menjadi pengungsi internal sejak 7 Oktober, dengan menjalani kehidupan dalam kondisi yang sempit dan tidak higienis di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau di ruang-ruang yang penuh sesak bersama keluarga atau kerabat, tanpa ruang privasi.

Dampak serangan Israel yang kini telah berlangsung selama 2 bulan sejak 7 Oktober lalu, telah mengakibatkan banyak kehancuran. Lebih dari 8.500 warga Palestina telah terbunuh, yang sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Peringatan berulang dari militer Israel agar warga meninggalkan Gaza utara dan Kota Gaza telah menyebabkan kota-kota di tengah dan selatan wilayah itu penuh sesak, namun serangan udara terus melanda Jalur Gaza selatan.

Menurut Nevin Adnan, seorang psikolog dan pekerja sosial di Kota Gaza, mengungkapkan bahwa wanita biasanya mengalami gejala psikologis dan fisik pada hari-hari sebelum dan selama menstruasi, seperti perubahan suasana hati, sakit perut bagian bawah, dan sakit punggung.



Sumber : Al Jazeera



BERITA LAINNYA



Close Ads x