Kompas TV internasional kompas dunia

Di Tengah Gempuran Israel, Seorang Ibu Khawatirkan Masa Depan Anaknya Jika Tetap di Palestina

Kompas.tv - 16 Oktober 2023, 07:37 WIB
di-tengah-gempuran-israel-seorang-ibu-khawatirkan-masa-depan-anaknya-jika-tetap-di-palestina
Warga Palestina melarikan diri dari Gaza utara ke selatan setelah tentara Israel mengeluarkan peringatan evakuasi yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada lebih dari 1 juta warga di Gaza utara dan Kota Gaza. Mereka diminta untuk mencari perlindungan di selatan menjelang kemungkinan invasi darat Israel, pada 13 Oktober. 2023. Najla Shawa dan keluarganya saat ini aman setelah meninggalkan rumah mereka di Kota Gaza, tapi dia khawatir dia tidak akan pernah bisa kembali. (Sumber: Foto AP/Hatem Moussa, File)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Iman Firdaus

GAZA, KOMPAS.TV — Najla Shawa dan keluarganya saat ini dalam keadaan aman setelah meninggalkan rumah mereka di Kota Gaza, Palestina. Namun demikian, dia khawatir tidak akan pernah bisa kembali ke rumahnya di Gaza utara.

Shawa, seorang penduduk asli Gaza yang bekerja untuk kelompok bantuan internasional Oxfam, berlindung bersama suaminya, dua putrinya dan sekitar 50 orang lainnya di sebuah kompleks di Zawaida. Penduduk di wilayah Gaza utara sudah diperintahkan Israel untuk mengungsi sebelum serangan darat yang akan mereka luncurkan.

Orang-orang dewasa tidur secara bergiliran dan kelompok tersebut menjatah makanan dan air di tengah pengepungan Israel yang menghalangi pasokan memasuki Jalur Gaza. Namun kompleks tersebut memiliki panel surya, sehingga mereka masih memiliki beberapa lampu, layanan internet, dan dapat mengisi daya ponsel mereka.

Baca Juga: Rekaman Militer Israel Serang Rombongan Pengungsi Gaza

Pekerjaan bantuan mereka kemudian terhenti karena Shawa dan rekan-rekannya harus fokus pada keselamatan keluarga mereka.

“Kekhawatiran kini mulai terasa, sehingga kita perlu bersiap menghadapi semua skenario,” ujar Shawa, direktur Oxfam untuk wilayah Gaza seperti dikutip dari The Associated Press melalui panggilan video. 

“Skala kehancuran yang kami lihat sangat mengerikan,” ujarnya.

“Saya sedang berbicara dengan seseorang (dan mereka bertanya) mengapa Anda tidak memutuskan untuk bertahan? Saya berada di Gaza karena saya ingin berada di Gaza. Maksud saya, secara umum, dengan keluarga saya. Namun pada saat yang sama, ada kemungkinan saya dan putri saya akan terluka (jika tetap di Gaza). Jadi jika ada kemungkinan untuk mencegahnya, saya akan mencegahnya,” kata Shawa.

Sekitar 500.000 orang, hampir seperempat penduduk Gaza, berlindung di sekolah-sekolah PBB dan fasilitas lainnya di seluruh wilayah tersebut. Kementerian Kesehatan Gaza, sekitar 2.450 warga Palestina telah tewas dan 9.200 lainnya terluka selama seminggu serangan udara yang dilakukan Israel yang telah menghancurkan gedung apartemen, kantor, dan masjid.

Baca Juga: Kemenlu Masih Berupaya Evakuasi WNI dari Jalur Gaza, Bagaiman Nasib Para Relawan?

Kini keluarganya aman, setidaknya untuk saat ini. Namun Shawa masih memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Peristiwa sepekan terakhir ini mengingatkan warga Palestina akan ada ratusan ribu orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka dan menjadi pengungsi setelah berdirinya Israel pada tahun 1948. Kini sebagian orang tengah membicarakan warga Gaza yang dievakuasi ke Gurun Sinai di Mesir. 

“Kami tidak ingin menjadi pengungsi lagi,” kata Shawa. “Tetapi sejauh mana Anda dapat menanggung penderitaan ini, dapatkah Anda menanggung kemungkinan bahkan kehilangan nyawa Anda?” tambahnya.
Namun sebagai orang tua, Shawa lebih mengkhawatirkan anak-anaknya dibandingkan keselamatan dirinya sendiri.


 

“Kehilangan nyawa, tidak apa-apa, itu kehendak Tuhan,” katanya. “Tetapi penderitaannya, melihat anak-anak kami terkoyak atau terluka parah hingga tidak mampu diobati dan dirawat di rumah sakit. Ini benar-benar di luar dugaan,” ujarnya.
 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x