Kompas TV internasional kompas dunia

Kolaborasi Gamelan dan Tari Bali Warnai Pagelaran World on Stage di Selandia Baru

Kompas.tv - 14 Juli 2023, 09:04 WIB
kolaborasi-gamelan-dan-tari-bali-warnai-pagelaran-world-on-stage-di-selandia-baru
Kolaborasi sanggar tari Caraka Seni dan sanggar gamelan Mekar Bhuana Aotearoa menampilkan tarian Jaran Kungkarang dalam acara World on Stage di Gedung The Regent Broadway, Palmerston North, Selandia Baru, akhir Juni lalu. (Sumber: World on Stage)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Desy Afrianti

PALMERSTON NORTH, KOMPAS.TV – Denting gamelan Bali mengiringi empat penari di Gedung The Regent Broadway, Palmerston North, Selandia Baru, akhir Juni lalu. Kaki mereka lincah menghentak lantai, sesuai alunan suaran gamelan.

Tangan kiri mereka menggerakkan kuda-kudaan, sedangkan tangan kanan mereka bergerak dinamis. Sekilas keempat penari itu terlihat seperti laki-laki dengan kumis bapang dan alis tebal. Namun ternyata tarian Jaran Kungkarang ini ditarikan oleh tiga perempuan dan satu laki-laki.

Untuk pertama kalinya, tarian Indonesia di ajang ‘World on Stage’ di Selandia Baru dibawakan dengan gamelan Bali yang dimainkan secara langsung. Persembahan ini merupakan kolaborasi yang apik antara sanggar gamelan Mekar Bhuana Aotearoa dan sanggar tari Caraka Seni yang berbasis di Wellington, Selandia Baru. 

Baca Juga: Gerak Serempak Tari Saman Meriahkan UNESCO International Dance Day di Selandia Baru

Menurut Satya Duhita yang merupakan pendiri sanggar tari Caraka Seni, setiap tahun memang mereka kerap ikut mengisi acara budaya di kota Palmerston North. Namun tahun ini terasa lebih istimewa, karena pertama kalinya mereka menampilkan tarian Indonesia dengan diiringi gamelan Bali secara langsung.

“Dari dulu saya sudah terpikir agar Caraka Seni bisa berkolaborasi dengan kelompok yang lain, tapi waktu itu belum terpikir akan berkolaborasi dengan siapa. Kemudian ketika bertemu dengan Mekar Bhuana Aotearoa, saya pikir kita bisa menampilkan sesuatu yang berbeda jika berkolaborasi dengan mereka,” ujar Satya yang biasa dipanggil dengan nama Ayu.

Atas kolaborasi ini, terciptalah penampilan tari tradisional yang apik dengan diiringi musik gamelan Bali yang dimainkan secara langsung.

Ide untuk menampilkan tarian dengan gamelan yang dimainkan secara langsung ini ternyata tidak mudah diwujudkan. Pasalnya, kedua kelompok ini berbasis di Wellington, sedangkan pementasan berlangsung di kota Palmerston North yang berjarak sekitar dua jam dengan kendaraan darat dari Wellington. Untuk membawa perlengkapan gamelan dari Wellington ke Palmerston North tentu dibutuhkan usaha yang besar.

“Kami berpikir bagaimana agar bisa membawa gamelan dari Wellington ke Palmerston North. Akhirnya kami memilih untuk membawa gamelan selonding karena perangkat ini tidak membutuhkan terlalu banyak instrumen dan tidak melibatkan terlalu banyak kru,” ujar Putu Evi Suyadnyani yang merupakan salah satu pendiri sanggar gamelan Mekar Bhuana Aotearoa.

Menurut Putu Evi, gamelan selonding merupakan gamelan kuno dari Bali yang dapat dimainkan oleh empat orang. Pagelaran kali ini pun dimainkan oleh empat orang pemain gamelan dan empat orang penari. Yang juga menarik dari pementasan ini, sebagian pemain gamelan merupakan warga Selandia Baru.

Empat penari dan empat pemain gamelan dari sanggar tari Caraka Seni dan sanggar gamelan Mekar Bhuana Aotearoa membawakan tarian Jaran Kungkarang yang diiringi gamelan selonding secara langsung. (Sumber: Caraka Seni)

Dalam penampilan kali ini, mereka membawakan tarian Jaran Kungkarang yang menggambarkan anak laki-laki yang sedang bermain kuda-kudaan dan perang-perangan. Komposisi atau lagu tarian ini diciptakan oleh Gede Semara ketika masih berusia tujuh tahun. Sedangkan gerakan tarian Jaran Kungkarang diciptakan oleh Putu Evi. Gede Semara merupakan anak dari Putu Evi Suyadnyani dan suaminya Vaughan Hatch yang berkebangsaan Selandia Baru.

Selain tarian Jaran Kungkarang, kelompok gamelan Mekar Bhuana Aotearoa dan Caraka Seni juga membawakan gending Pau Cak ciptaan Gede Semara, Capung Gandok dari Desa Kedisan, dan Landung Locog dari Desa Bungaya.

“Kami menjadi satu-satunya grup yang membawa alat musik tradisional secara lengkap. Memang dari negara lain ada juga yang membawa alat musik tradisional, namun biasanya dipadukan dengan alat musik modern. Jadi grup kami adalah satu-satunya yang membawakan tarian yang seluruhnya dimainkan dengan alat musik tradisional,” ujar Ayu.   

Hasil kerja keras mereka pun mendapatkan sambutan yang meriah dari penonton. Jika grup lain tampil di panggung, maka kolaborasi Mekar Bhuana Aotearoa dan Caraka Seni yang membawa gamelan selonding ditampilkan di foyer Gedung. Selain itu, grup lain hanya mendapatkan kesempatan untuk tampil selama tiga menit, sedangkan kelompok mereka mendapat kesempatan tampil selama 10 menit.

Baca Juga: Peringati 58 Tahun New Zealand–Indonesia Association, Wali Kota Wellington Coba Mainkan Gamelan!

“Bagusnya tampil di foyer adalah kita bisa manggung lebih lama dan mendapatkan interaksi yang dekat dengan penonton,” ujar Ayu.

Atas kesuksesan kolaborasi perdana kelompok Caraka Seni dan Mekar Bhuana Aotearoa ini, mereka merencanakan lebih banyak kerja sama di masa yang akan datang. Bulan Oktober nanti, mereka merencanakan akan mengadakan pemutaran film dokumenter tentang gamelan Bali di Wellington. Selain itu, mereka akan mengadakan workshop tari tradisional Indonesia dan gamelan untuk anak-anak di Palmerston North.

Namun demikian, untuk mewujudkan berbagai rencana menampilkan budaya Indonesia di Selandia Baru memang tidak mudah. Dua tantangan yang paling sering mereka hadapi adalah masalah personel dan dana. Diakui Ayu, tidak mudah mencari orang yang bisa menari secara konsisten, karena terhalang berbagai kesibukan. Demikian pula permasalahan dana, kesulitan yang kerap dihadapi adalah karena mereka belum memiliki sumber dana yang pasti dalam setiap pementasan.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x