Kompas TV internasional kompas dunia

Sniper Ukraina Tembak Mati Komandan Rusia dari Jarak 1,7 Km, Terjauh dalam Perang Ukraina

Kompas.tv - 9 Juli 2023, 18:29 WIB
sniper-ukraina-tembak-mati-komandan-rusia-dari-jarak-1-7-km-terjauh-dalam-perang-ukraina
Foto arsip. Seorang tentara penembak jitu atau sniper Ukraina menatap di dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa, 2 Mei 2023. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Edy A. Putra

BAKHMUT, KOMPAS.TV - Seorang penembak jitu atau sniper Ukraina dilaporkan menembak mati seorang komandan Rusia dari jarak 1,7 km.

Itu menjadi jarak terjauh seorang sniper membunuh sasarannya dalam perang Ukraina yang dimulai dari invasi Rusia pada Februari 2022.

Sniper Ukraina yang diketahui sebagai “Alpha” itu dilaporkan membunuh seorang komandan senior Rusia di dekat Kota Bakhmut.

Dilansir Daily Star, Sabtu (8/7/2023), "Alpha" merupakan satu dari 12 sniper Ukraina yang dikenal sebagai kesatuan hantu.

Baca Juga: Wow, Teknologi Alien Ditemukan dari Meteor yang Mendarat di Papua Nugini, Ini Kata Profesor Harvard

Mereka terkenal menargetkan tentara-tentara Rusia di sekitar Bakhmut, yang menjadi lokasi pertempuran terdahsyat di Ukraina.

Militer Ukraina mengeklaim di media sosial telah membunuh wakil komandan pasukan Rusia di Bakhmut ketika ia tengah mendatangi pasukannya.

Ketika itu, wakil komandan tersebut terlihat oleh drone Ukraina.

“Tim kami melihatnya dan ia dihabisi. Saya diberi tahu bahwa itu adalah tembakan yang sangat sulit,” kata seorang perwira militer Ukraina.

“Ini adalah pembunuhan yang dilakukan sniper terjauh yang kami buat sejak invasi, dan kemampuan ini yang menakutkan lawan. Setelah tembakan itu, Rusia takut dengan kemampuan kami. Banyak wajib militer yang kemudian desertir,” tambahnya.

Penembakan itu terjadi setelah Amerika Serikat (AS) berencana mengirim bom kluster ke Ukraina untuk membantu negara itu melawan Rusia.

Baca Juga: Zelenskyy Tandai 500 Hari Invasi Rusia di Ukraina dengan Kunjungi Pulau Ular, Ini Sebabnya

Bom kluster itu dilarang di sekitar 120 negara karena memiliki risiko membunuh warga sipil karena bisa terpicu dan meledak bertahun-tahun setelah diluncurkan.

Pemerintah AS dilaporkan berusaha untuk tak mengirim bom tersebut ke Kiev karena kengerian yang ditimbulkan.

Namun, menurut Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, saat ini hal tersebut merupakan keharusan karena Rusia disebut juga akan menggunakannya.


 



Sumber : Daily Star


BERITA LAINNYA



Close Ads x